Mungkinkah pertanyaan seperti ini dilontarkan oleh orang biasa? Sama sekali tidak mungkin. Seseorang yang mampu mengucapakan pertanyaan seperti ini dipastiukan seseorang yang telah sadar bahwa dunia benda tidak abadi adanya. Yang pasti, orang tersebut telah menggapai suatu titik kesadaran bahwa ada suatu yang lain di luar alam benda. Ia telah mengalami penderitaan akibat benda.

Dalam buku ini: Mawar Mistik by Anand Krishna, www.booksindonesia.com disebutakan sebagai berikut:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Apakah Dunia Benda ini?

Apakah ia akan bertahan selamanya?

Tidak mungkin seseorang yang masih menikmati kenyamanan dunia benda bisa bertanya seperti ini. Mereka yang merasakan kenyamanan dunia benda dengan panca inderanya masih pada kesadaran luar. Kesadaran tubuh, suatu tingkat kesadaran paling luar. Ia belum sadar bahwa segala penderitaan yang dialami oleh manusia akbat dipermainkan oleh perasaannya sendiri. Ia merasa bahwa kebahagiaan yang dialami berasalah dari dunia benda. Rasa ingin memiliki adalah sumber penderitaan. Keterikatan pada kenyamanan badaniah adalah peneybab seseorang naik turun emosinya.

Perhatikan pertanyaan ke dua: ‘Apakah ia bertahan selamanya?’

Seseorang yang bertanya seperti ini bukanlah orang biasa. Ia melihat pada dirinya sendiri. Sesaat sedih, kemudian kesedihan tersebut hilang tanpa disadarinya. Kesedihan tidak bertahan lama. Demikian juga ketika seseorang memiliki mobil baru. Paling lama, ia bertahan dengan kesenangannya selama 1 minggu. Minggu berikutnya, ketika si mobil tergores oleh motor, ia marah. Ia mengomel. Ia sedang menderita, kemana perginya kesenangan memiliki mobil baru satu minggu yang lalu?

Ya, kesenangan terhadap dunia benda tidak akan bertahan selamanya sebagaimana sifat benda itu sendiri, selalu berubah. Sesaat ada sesaat kemudian tiada, berubah bentuk. Kita mengharapkan sesuatu yang kita dambakan bisa membuat kita bahagia, tetapi jika itu keinginannya terlaksana, ia belum tentu bahagia. Mari kita lihat ilustrasi di bawah ini:

Suatu ketika seseorang berkunjung ke RS Jiwa. Ia melihat seseorang selalu menyebutkan nama: ‘Sumi……….Sumi………..Sumi….’ Kemudian orang tersebut bertanya pada si dokter: ‘Mengapa orang itu selalu menyebut nama Sumi dokter?’

Sang dokter menjawab:’ Ia ditinggalkan oleh seseorang yang sangat didambakan untuk nantinya menjadi pendamping hidupnya, Sumi. Akhirnya ia menjadi gila karena merindukan Sumi.

Kemudian mereka berjalan ke lain kamar. Orang tersebut melihat seseorang yang selalu membenturkan jidatnya ke tembok dan selalu mengatakan: ‘Sumi………Sumi………..Sumi………Sumi….’

Si pengunjung pun bertanya pada si dokter: ‘Tadi orang yang gila menyebutkan nama Sumi, orang ini juga dirawat di RS Jiwa yang sama juga menyebutkan nama sama: Sumi. Apa yang terjadi dokter?’

Si dokter pun menjelaskan: ‘Orang ini berhasil mengawini Sumi, tetapi ia menjadi gila karena kelakuan Sumi yang menghamburkan uang serta suka hidup hedonis. Akhirnya ia jatuh miskin dan Sumi pun pergi. Ia gila karena menderita.’

Si orang gila pertama menderita karena tidak berhasil menikahi Sumi. Orang gila ke dua gila karena menderita akibat berhasil menikahi si Sumi.

Bukankah semua menghasilkan penderitaan?

Si orang gila pertama tidak sadar jika pun ia berhasil menikah, ia juga akan menderita. Si orang gila ke dua berhasil menikahi, tetapi ia jadi gila karena dipermainkan si Sumi.

Tidak ada yang abadi selamanya. Mungkin saja si Sumi salah pergaulan sehingga memancing sifat buruk yang ada dalam dirinya. Perubahan itu bukanlah sifat kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati bersifat abadi. Kebahagiaan sejati tidak bergantung ada dunia benda yang tidak abadi.

Orang yang sadar bahwa dunia benda tidak abadi akan mencari sumber keabadian, Kebahagigaan Sejati yang tidak bakal diperoleh dari dunia benda yang senantiasa berubah.

Jika segala sesuatu yang dilihat senantiasa berubah, tiada jalan atau cara lain, melihat yang ada dalam dirinya. Mata senantiasa melihat duni8a benda. Dan saat banyak hal yang dialami akibat benda, ia mulai bertanya: ‘Apakah Dunia Benda ini? Dilanjutkan dengan pertanyaan ke dua: ‘Apakah ia bertahan selamanya?’ Saat itu ia mulai merenungkan bahwa segala sesuatu yang disebut sebagai benda senantiasa mengalami perubahan.

Berbahagialah orang yang menyadari akan hal ini. Ia akan menutup mata dan mulai melakukan perjalanan ke dalam diri, #InnerJourney. Ia sadar bahwa yang abadi adalah sesuatu yang tidak di luar dirinya…..