“Janganlah berhenti; berjalanlah terus untuk menyampaikan berita baik tentang Kerajaan Nya!.”
(Mawar Mistik by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tak disangkal lagi, begitu membaca kalimat di atas, langsung kita berasosiasi atau mempersepsikan bahwa tujuan tulisan di atas untuk mengajak pada keyakinan tertentu. Wah ini pasti ajakan untuk menyesatkan. Inilah selalu yang ada dalam pikiran kita. Inilah setan yang selalu saja menyesatkan kita. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Karena itulah yang da dalam pikiran kita. Keinginan kita untuk menyengsarakan kelompok lain membuat pikiran kita selalu mengarah pada keburukan. Kita tidak bisa berprasangka buruk bila dalam diri kita tidak ada ingatan tentang hal itu. Kita trauma karena ditipu. Dapat dipastikan setiap berhubungan dengan orang kita sudah memiliki prasangka akan ditipu. Ini yang disebut kita tidak bisa ‘move on‘ dari kejadian masa lalu.
Padahal, sesungguhnya kita juga sering baca berita dan tidak mengalaminya sendiri. Tetapi karena kita memang memiliki keburukan dalam diri kita, sedikit saja menyinggung nama orang yang diberitakan buruk, kita langsung bereaksi buruk dengan penuh kebencian dan ketidaksukaan. Kita tidak ingat bahwa saat pikiran kita terpaku pada suatu peristiwa masa lalu, kita tidak tumbuh kembang. Kita mengalami kebusukan alias mati. Betapa sengsaranya.
Kita juga lupa bahwa jika kita melakukan kesalahan dan kemudian sadar, kita sedih atau marah ketika diungkit kesalahan kita. Namun, ketika kita selalu mengungkit peristiwa orang lain, dengan bangga kita merasa hebat. Seakan kita orang suci yang tidak pernah melakukan kesalahan. Saya ingat peristiwa ketika nabi Isa melihat seorang Maria Magdalena akan dibatui karena dianggap pelacur.
Saat itu Dia mengatakan pada orang-orang yang akan melemparinya dengan batu: ‘Lemparilah Maria dengan batu jika ada seorangpun dari kalian tidak pernah melakukan kesalahan.’ Mendengar perkataan Jesus, banyak orang terdiam. Mereka sadar bahwa setiap orang pernah bersalah. Kita lupa ajaran kitab suci peninggalan para avatar atau para suci:
‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.‘
Mengapa hal ini selalu saja terjadi? Kita masih suka menghakimi orang lain dengan berbagai dalil pembenaran? Karena kita memang sedang sakit. Kita orang pelupa. ‘Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, kuman diseberang lautan jelas terlihat.’ Banyak sudah petuah baik disampaikan, tetapi tetap saja kita memperturutkan hawa nafsu kita. Kita merasa paling suci dan benar. Kita tidak bisa memaafkan orang lain, walaupun terbukti orang lain itu tidak bersalah. Hal ini terjadi karena kita jauh dari Kerajaan Nya.
Kerajaan Nya bukanlah milik keyakinan atau kepercayaan tertentu. Para suci dan avatar mendapatkan pesan kedamaian dari Sumber yang sama. Sumber yang satu ada Nya. Tetapi pikiran kita menjadi penghalang bagi kemajuan evolusi batin. Kita hanya mau mendengar apa yang kita inginkan. Kita tidak mau mendengar apa yang dibutuhkan bagi jiwa atau batin kita. Kita masih terjebak jadi hamba si setan yang selalu kita anggap salah. Kita menuhankan setan pikiran. Bisa saja si setan telah bertobat dan pensiun dari jabatan. Tetapi karena pikiran kita tidak bisa ‘move on‘, kita tetap saja menyalahkan setan. Pikiran yang mengekerut atau membusuk adalah saat kita masih terpaku pada kesalahan orang lain. Akibatnya? Sungguh mengerikan, kematian bagi evolusi jiwa………
Yang dimaksudkan dengan berita baik tentang Kerajaan Nya adalah bahwa Kerajaan Tuhan/Allah ada dalam diri kita. tetapi karena pikiran kita yang serba kacau, maka kita langsung menciptakan perisai untuk membentengi. Kita tidak mau mendengar dan kita lupa bahwa seorang utusan lain menyatakan hal yang sama: ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu.’ Kerajaan Nya ada dalam diri….