Ketika saya berkunjung ke rumah seorang teman, ia bercerita bahwa saat ini ia beganti nama. Ia mengatakan bahwa nama yang terdahulu bermakna memedihkan. Ia bercerita bahwa trauma masa lalu membuat dirinya mengalami penderitaan. Akhirnya ia bercerita peristiwa masa lalu.

Ibunya bercerita bahwa saat mengandung sedang dalam depresi berat. Keadaan ini tidak berhenti setelah ia lahir. Bahkan ibunya dengan air mata berurai mengatakan bahwa ketika bayi sering dibiarkan menangis lama karena tidak diberikan air susu ibu. Sang ibu bercerita bahwa kehidupan mereka saat itu belum bagus dibarengi sedang membangun rumah sehingga sering mengabaikan anaknya walaupun menangis terus.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Deprsesi ketika dalam kandungan berlanjut pembiaran tangisan berlama-lama ternyata sangat membekas pada diri teman saya. Hal ini yang banyak orang tidak menyadari nya. Segala sesuatu alan terekam dalam mind kita. Kemampuan otak kita untuk menyerap informasi sangat tinggi. Karena otak kita terdiri dari >90% cairan. Dan hasil penelitian Masaru Emoto membuktikan bahwa air menyimpan informasi yang kita berikan secara sengaja. Selain itu, yang kita lihat, dengar tanpa kita inginkan juga tersimpan dalam otak kita.

Dari penelitian yang dilaporkan oleh Nasional Geographi Indonesia menyebutkan bahwa kemampuan otak menyimpan memory sebesar 4,7 petabyte. 1 petabyte setara denhan 1000 terabyte. Ini setara jika kita memutar MP3 terus 24 jam, kita baru Bisa menyelesaikan pemutaran lagu selama 2000 tahun. So, sementara kita selama ini hanya menggunakan 5-10% saja. Sisanya, >90% digunakan untuk menyimpan segala hal yang kita tidak ingin untuk digunakan. Dan ini yang kita sebutkan sebagai sampah.

Sebagai bukti. Suatu ketika, saya melihat seseorang di hipno. Dalam keadaan pengaruh hipnosis, ia diminta menghitung jumlah tiang listrik yang dilewati sebelumnya. Dan ternyata ia mampu menyebutkan dengan tepat. Dalam keadaan sadar, dapat dipastikan ia tidak bakal Bisa menyebutkan. Karena ia tidak menginginkan informasi tersebut tersimpan di otak nya. Seseorang yang di hipnosis berada di alam bawah sadar. Ini sebabnya ia mampu menghitung jumlah tiang listrik yang dilewati. Mata merekam tiang listrik yang dilewati nya.

Apalagi trauma di dalam dan di luar kandungan. Dan simpanan memory kepedihan saat masih bayi baru dirasakan beberapa puluh tahun kemudian. Tanpa disadari trauma ini sangat mengganggu dalam kehidupan. Tubuh Jadi menderita sehingga mudah terserang penyakit.

Menarik dari pengalaman ini seharusnya kita bisa belajar agar berhati-hati memperlakukan anak. Sayangnya, kebanyakan orang tua sering kali melupakan hal seperti ini. Setelah terjadi, baru kita menyesali. Sama saja kita lupa bahwa api itu panas. Orang lain telah mengalaminya ketika tangan nya terbakar kemudian berkata bahwa api itu panas. So, kita tidak perlu lagi membuktikan dengan memasukkan tangan kita ke dalam api.  Cukup kita waspada dengan mempercayai pengalaman seseorang.

Kembali pada teman saya. Setelah namanya diganti, ia merasakan kelegaan. Seakan ada beban yang terlepaskan. Jika hati lega, ia hidup lebih ceria dan bahagia.

Pengalam teman lain. Ketika SMA, ia bergaul dengan seorang teman yang hobinya memaki. Saat ia marah, sebutan semua binatan berkaki 4 keluar semua dari mulut. Pada awalnya, teman saya menganggap hal ini tidak bakalan memberikan pengaruh terhadap dirinya. Ternyata hal ini tidak benar. Suatu ketika ia marah. Tanpa ter duga ia memaki sebagaimana temannya ketika SMA.

Tampaknya hal buruk lebih terserap lebih cepat dalam otak kita. Mengapa?

Kita harus sadar mengapa kita lahir di bumi? Alasan dari kelahiran adalah karena kita masih terbebani oleh materi. Saat meninggal dunia, pikiran akhir yang dibawa mati. Jika saat kematian, pikiran kita begitu sarat dengan materi keduniawian, maka dengan mudah kita terseret ke hal-jal materi duniawi. Segala sesuatu dunia materi sangat dekat dengan keburukan. Keterikatan kita terhadap duniawi dengan sangat mudah menarik untuk melakukan hal negatif. Inilah alasannya kita lebih cepat diajak untuk melakukan yang beray ke dunia.