Lha koq bisa??? Ya bisalah bros and sists…
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Memang kita lahir bawa apa??? Tidak bawa sesuatupun bukan? Saat kembali pada Dia bawa apa??? Tidak bawa harta, kekuasaan, dan wanita secantik apapun bukan? Dimana ruginya? Semua hanya permainan pikiran kita yang selalu bermain angka untung dan rugi. Jika semua permainan pikiran, berarti kita mesti sadar bahwa selama ini kita diracuni pikiran. Itulah tujuan kehidupan, bebas dari permainan pikiran. Saat bebas dari pikiran, rasa bahagia adalah keniscayaan.
Banyak yang akan membantah, tetapi di dunia ini kan dualitas? Ada untung ada rugi. Betul sekali. Bahkan saya pun tidak membantah bahwa perut saya yang lapar mesti diisi dengan makanan. Untuk beli makanan butuh duit. It memang kebutuhan badan yang harus mengalami perubahan. Makan.
Tetapi merasa untung dan rugi sesungguhnya bukan masalah badan. Perasaan kita. Perhatikan saja. Saat anda merasa rugi apa badan anda berkurang? Jika anda berkata: Saya kehilangan mobil saat ini. Saya rugi. Saya balik bertanya pada anda: Sebelum punya mobil, apa anda memiliki sesuatu? Jika tidak, apa yang hilang?
Perhatikan ilustrasi ini:
Suatu ketika, seorang anak mendapatkan uang dari orang tuanya sebesar 5000 rupiah. Karena kelalaiannya, ia kehilangan uang tersebut.
Ia sangat sedih karena kehilangan uang 5000 rupiah. Ia menangis. Saat menangis sedih, pamannya datang, dan bertanya: Mengapa menangis?
Si anak menjawab: ‘Aku kehilangan uang 5000 rupiah paman’
Si paman tidak ingin keponakannya menangis terus. Maka ia memberi uang pengganti 5000 rupiah. setelah diberi uang, si keponakan berhenti menangis sebentar karena gembira. Namun sesaat kemudian, ia menangis lagi. Sang paman heran, tadi menangis karena kehilangan uang. Uang yang hilang sudah diganti, tetapi mengapa keponakanya masih menangis?
Ia pun datna pada si keponakan dan bertanya: ‘Mengapa masih menangis? Bukankah uang yang hlang sudah diganti?’
Si keponakan menjawab: ‘ Seandainya yang 5000 ribu tadi tidak hilang, bukanka yang ada dikantongku jadi 10.000, paman?’
Inilah kondisi kita. iPkiran kita sangatlah licik. Selalu saja merasa kekurangan. Keserakahan pikiran kita yang selalu menganggap bahwa kita rugi.
Ilustri lain lagi:
Seorang pengusaha memiliki target keuntungan 5 milyar pada akhir tahun. Yang bisa dicapai pada akhir tahun itu sebesar 4 milyar. Ketika seseorang bertanya, berapa keuntungan perusahaannya?
Ia menjawab, saya rugi bos.
Bagaimana bisa rugi?
Ternyata asumsinya meleset. Ia anggap keuntungan akhir tahun 4 milyar belum mencapai target sebesar 5 milyar sebagaimana ia inginkan. Dan ia mengatakan rugi. Karena tidak dicapai targetnya.
Bukankah ini hanya persepsi?
Ilustri lain lagi.
Suatu ketika si Badu dapat uang 6 juta. Besoknya, ia kehilangan uang 3 juta. Ia mengeluh keas, aku kehilangan uang 3 juta.
Pernahkah ia bepikir atau bersyukur bahwa ia masih punya uang 3 juta lagi? Mengapa yang dikeluhkan yang hlang? Pernahkah ia berpikir bahwa 3 hari yang lalu ia tidak memiliki uang yang 6 juta?
Semua hanya asumsi pikiran. Kita terjebak pada pikiran yang membuat kita menderita…
“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu” QS lbrahim (14): 7