Mana ada Tuhan di surga? Tuhan kan diperlukan di tempat para pendosa, neraka. Apalagi neraka sekarang sudah ber AC. Banyak para koruptor berhasil meraih uang banyak. Mengapa sulit pasang AC? Cewek atau bidadari bertelanjang dada juga banyak ditemukan di neraka. Mau sungai susu? Duit ada tinggal beli dan perintahkan buat. Mudah kan?

Di surga. Ibu Soleha yang masuk surga pada hari pertama begitu bahagia disambut Tuhan. Pagi sarapan roti dengan keju dan selai. Siang demikian juga dan malam juga demikian. Ibu Soleh mengeluh: “Tuhan mengapa breakfeast, lunch, dan dinner sama semua menu makanannya?” Tuhan pun menjawab: ” Kan penghuninya hanya kita berdua, mengapa mesti repot memasak. Tuh di neraka banyak makanan enak dan ber AC” Dengan penuh kemenyasalan ibu Soleha berkata: “Tahu begini sepi dan makanannya hanya itu dan itu lagi, enakan di neraka. Banyak teman dan makanan enak”

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Ternyata semua hanya dari keinginan dan mindset.

Jika berbuat sesuatu hanya harapkan imbalan, yang diperoleh hanya kelegaan sesaat. Bukan kebahagiaan abadi. Kebahagiaan abadi terjadi jika tidak tergantung pemicu dari luar. Terpenuhinya harapan dari suatu keinginan adalah kelegaan. Bukan kebahagiaan. Kebahagiaan dari suatu yang tidak abadi juga akan berakhir dalam waktu sekejap. Rumus kelegaan/kesenangan adalah keinginan/dibagi terpenuhinya keinginan = satu (1). Jika hasil baginya > satu–> penderitaan atau kesengsaraan yang ada. Semakin kecil keinginan, orang semakin bahagia. Semakin besar keinginan, tapi yang terpenuhi sedikit, berarti neraka–> penderitaan

Misalnya kita senang karena bisa beli motor. Berapa lama rasa senang ini bisa bertahan lama. Paling banter sehari atau dua. Paling lama 1 minggu. Setelahnya, biasa saja. Dan ingin meningkat lagi dan seterusnya demikian. Akhirnya jadilah kita budak keinginan. Keinginan terjadi karena belenggu yang kita ciptakan sendiri. Kita menuhankan masyarakat. Inilah pemberhalaan… Kita bisa lepas dari pemberhalaan ini jika dan jika kita sadar akan jati diri kita.

Tidak disangkal bahwa kita memerlukan uang, tapi uang tidak akan memberikan kebahagiaan. Justru ketakutan yang kita peroleh. Semakin kaya orang semakin takut miskin dia. Ia semakin terbelenggu oleh uang. Ia semakin diperbudak uang. Kitalah seharusnya menjadi tuan bagi uang tersebut. Penggunaan uang harus tepat. Gunakan uang untuk menemukan jati diri. Demi terjadinya peningkatan evolusi jiwa. Baru tepat penggunaan uang tersebut.

Kebahagiaan diperoleh justru saat kita mampu membuat orang lain tertawa bahagia. Artinya diperlukan kerja tanpa pamrih atau altruisme… Memang pasti ada yang menyangkal “Hari gene, masih ada kerja tanpa pamrih. Tapi itulah satu-satunya jalan anjuran para suci. Lahir tidak membawa sesuatu, mati apalagi..