Ketika saya buka fb saya, eh..ternyata saya di tag pada gambar buku yang berjudul:DAJJAL has been identified. Iya juga mungkin saja. Dan menurut saya dajjal memang sudah beranak pinak. Tak lama kemudian saya buat status:

Betul memang dajjal sudah teridentifikasi. Coba masing-masing dari kita pergi menghadap cermin. Dan kita semua akan melihat dajjal yang sudah teridentifikasi….

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Itulah diri kita, dajjal. Semakin sering kita menghujat orang, semakin terbukti sifat dajjal ada dalam diri kita. Selama kita bisa melihat dajjal di luar diri, selama itu pula ada dajjal dalam diri kita. Mengapa? Karena kita masih memiliki istilah atau kamus kata: dajjal. Seandainya kita tidak memiliki referensi kata dajjal dalam diri, tidak mungkin kita berkata dajjal.

Untuk menjelaskan hal ini sangatlah mudah. Kita belum pernah pergi ke suatu tempat kemudian kita diajak membayangkan tempat yang dimaksud. Saya yakin tidak bakal bisa. Karena tidak ada referensi di dalam memori kita. Kejahatan atau perilaku buruk tercipta oleh lingkungan. Memori kita telah ditanamkan hal yang buruk dan baik menurut lingkungan. Bukan menurut definisi yang tepat. Baik dan buruk terjadi karena adanya kepentingan.

Tidak mungkin kita bisa kepada seseorang yang belum pernah ada hubungan kerja atau bisnis. Karena kita merasa dirugikan, kemudian kita mencap orang tersebut buruk. Sebaliknya jika menguntungkan, kita akan berkata atau memberikan label orang tersebut baik. Baik menurut persepsi atau sudut pandang kita. Karena kita sudah memperoleh keuntungan atau kebaikan dari dia. Coba saja pada seseorang yang pernah merugikan kita. Tidak lah mungkin kita mengatakan baik pada orang tersebut. Inilah perasaan atau emosi yang sesaat. Inilah yang dimaksud reaktif.

Semua perbuatan baik atau buruk serta benar atau salah berasal dari sisi pandang yang sempit. Bukan dari sudat pandang yang universal. Pada hal pikiran kita tidak terbatas. Mengapa dibatasi? Siapa yang membatasi? Yang membatasi pikiran kita adalah ego. Kesalahan mengidentifikasikan diri. Kita masih mengidentifikasikan diri ini sebagai badan. Padahal’aku’ badan. Badan si marhento boleh atau bisa saja mati. Tapi kata ‘aku’ masih saja bergaung. Aku si fulan, gamber, atau siapa saja namanya, tetap berkata dengan sebutan ‘aku’ Artinya sesungguhnyalah ‘aku’ abadi adanya selama bumi masih bisa di huni oleh manusia. Itulah sebabnya dalam bahasa Inggris ‘I’ atau kata ganti ‘aku’ menggunakan huruf Capital. Saya tidak tahu sampai sekarang alasannya, mengapa kata ganti saya di tulis huruf besar. Ternyata yang dimaksudkan bukan aku sebagai pengganti identifikasi si Hendrik misalnya. I sebagai kata ganti AKU. Dia yang maha segalanya.

Jika yang dimaksud dengan ‘I’ kapital adalah AKU berarti mereka sudah sampai tahap spiritual. Jika melihat film yang disuguhkan akhir-akhir ini memang potensi tahap pencapaian spiritual barat sudah lebih tinggi dari timur. Timur justru semakin mengalami penurunan kualitas. Berat terhadap agama merupakan downgrade. Atau penurunan kualitas spiritual.

Dari kualitas film yang dihasilkan negeri ini, sedikit sekali yang menunjukkan bahwa kualitas spiritualitas mengalami peningkatan. Dari tontonan tayangan TV sam pai ke film layar lebar sedikit sekali membuktikan kualitas yang spiritual. Kebanyakan masih kental bernuansakan agama dengan simbol-simbol atribut luar. Atribut luar membuktikan kesadaran fisik. Lapisan kesadaran fisik adalah yang paling rendah…..

Padahal dahulu kesadaran spiritual timur lebih tinggi. Sekarang bergeser ke barat…. Roda berputar….

Wow ….. berarti orang Eropa memiliki rasa ketuhanan yang lebih tinggi. Dan tampaknya benar. Mereka hidup lebih islami dari kita yang katanya beragama Islam. Sebagai perbandingan. Banyak dari kita yang masih buang sampah sembarangan. Masih banyak dari kita yang menggunakan tissu dengan tanpa berpikir bahwa berapa banyak pohon di Kalimantan ditebang hanya untuk buat tissu. Berapa banyak energi yang berasal dari minyak terbakar untuk pembuatan tissu. Ternyata begitu besar sumberdaya alam yang dikorbankan untuk menghasilkan tisu.