Merdeka adalah kata yang mahal. Mau merdeka? Mari kita lihat diri sendiri dulu. Apakah sungguh-sungguh kita sudah merdeka? Menuju jalan kemerdekaan penuh onak dan duri. Sakit dari cercaan dan cacian. Merdeka berarti menentukan pilihan sendiri. Kebanyakan dari kita masih dijajah jiwanya. Tampaknya bisa pergi ke sana-kemari. Tapi apakah benar jiwa kita bisa memilih?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Banyak orang suci datang ke bumi ini untuk mengingatkan kemerdekaan kita. Bahkan beliau para suci mengalami kesakitan, di salib, di batui, dan bahkan di racun oleh saudaranya sendiri ketika mengingatkan kemerdekaan jiwa kita. Yang ada adalah kita sudah mengorbankan kemerdekaan untuk kekuasaan, wanita, dan harta benda. Mereka yang tampaknya merdeka beristri lebih dari satu.
Benarkah orang yang poligami itu merdeka? Jawabannya adalah mereka masih di jajah oleh nafsunya sendiri. Mereka belum merdeka. Mereka justru mengorbankan kemerdekaan jiwa di bawah selangkangan. Walaupun mereka pintar berdakwah yang muluk-muluk. Mulutnya fasih baca kitab suci. Hafal kitab suci. Jiwanya terbelenggu oleh arogansi. Oleh nafsu birahi.
Melihat orang lain yang merayakan kebebasannya saja tidak bisa, berarti belum merdeka jiwanya. Seseorang yang merdeka jiwanya adalah mereka yang merdeka dan mampu memerdekakan orang lain. Mereka yang hanya bisa menindas sesungguhnya belum merdeka. Karena masih ada jiwa penindasan dalam dirinya. Artinya selama masih ingin menindas orang lain, ia belum bisa membebaskan diri dari keinginan menindas. Anehnya setiap tahun kita merayakan kemerdekaan. Memerdekakan diri sendiri saja belum bisa koq merayakan?
Mari kita renungkan. Apakah kita bisa bebas dari ritual? Kebanyakan dari kita berhura-hura meneriakkan yel-yel merdeka, namun ketika kita harus interospeksi diri, baru tampak bahwa kita masih terikat kuat dengan aturan yang di buat oleh agama atau pemerintah.
Setiap jam tertentu atau hari tertentu kita masih ikuti aturan untuk melakukan sembahyang. Ini pertanda kita belum merdeka. Kita belum bisa berdiri sebagai manusia mandiri. Banyak yang suka memaksakan kehendak, mereka juga belum merdeka. baca kembali para nabi dan rasul: Hanya menyampaikan berita baik, tidak sedikitpun beliau-beliau memaksakan mengikuti ajaran yang disampaikan. Beliau yakin bahwa yang disampaikan adalah berita kebenaran. Jika belum mau mengikuti anjuran berarti belum sampai tahap rasul maupun nabi. Untuk apa memaksakan kehendak…
Pilihan ada di tangan sendiri, mau merdeka atau jadi budak sepanjang kehidupan.
Merdeka bukan berarti bertindak semaunya. Bagi saya itu justru diperbudak ketakutan…. Ia di bawah kendali ketakutan ciptaannya sendiri…
Ini berarti, kita telah menyia-nyiakan anugerah Ilahi….