Seringkali kita tidak memahami beda makna kata antara responsif dan reaktif.
Saat kita menanggapi ucapan atau perbuatan dari seseorang terhadap kita, sering kita langsung bereaksi. Ini yang disebut reaktif. Suatu tindakan tanpa berpikir akibat yang bakal ditimbulkannya. Dan ini suatu perbuatan yang berasal dari ego. Dari pikiran intelektual. Berdasarkan emosional. Dan kebanyakan berakibat merugikan bagi kita dan lingkungan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan ego masih berkaitan erat dengan kenyamanan badan. Tidak lepas dari lapisan kesadaran rendah. Bukan berdasarkan intelejensia. Atau kesadaran ilahiah. Hewanpun akan reaktif jika mengalami gangguan. Jika demikian, dimana posisi kejiwaan kita?
Semestinya kesadaran kita mengalami peningkatan. Banyak sudah terbukti bahwa manusia sudah mengalami evolusi. Memang bukan sebagaimana yang digambarkan dalam evolusi Darwin. Yang berevolusi adalah pola mindset. Pola berpikir. Hewan makan manusia juga. Hewan berkembang biak manusia juga. Hewan tidur manusia juga. Lantas apa yang membedakan? Ketenangan dan kemampuan merenungkan, itulah perbedaan manusia dan hewan. Jika manusia tidak mampu melakukan perenungan dan melakukan perjalanan ke dalam diri untuk menggapai ke tingkat intelejensia, ya itulah pilihan. Bukan takdir.
Responsif sangat mendekati reaktif. Hanya, seseorang yang responsif merupakan reaksi tapi tidak spotan. Adalah reaksi yang bertanggung jawab. Tidak hanya berdasarkan ego atau kepentingan diri. Namun berdasarkan kepentingan bersama. Kepentingan yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan bagi khalayak umum.
Tindakan yang responsif memiliki kecendrungan tidak langsung dilaksanakan. Tapi dilakukan setelah memikirkan akibat dari perbuatannya. Bukan hanya untuk diri sendiri, kelompok maupun golongan. So , perbuatan responsif berkaitan erat dengan tingkat intelejensia seseorang. Dengan kata lain, responsif bersinggungan dengan ranah kesadaran yang lebih tinggi, sense of belonging. Bukan sense of belonging yang berarti sempit, bagi diri sendiri. Tapi kepemilikan berdasarkan kepentingan bersama.
Inilah kewajiban manusia. Bertindaklah responsif. Bukan reaktif. Karena manusia sudah memiliki otak baru yang disebut neo-cortex. Bagian otak yang mengalami evolusi menuju ke tingkat kesadaran ilahiah. Sekali lagi tergantung kita sendiri. Mau mengembangkan atau tidak. Sadarilah evolusi ini. Kembangkanlah diri kita ke-arah evolusi kejiwaan yang lebih tinggi. Saat inilah peluang emas yang diberikan oleh Keberadaan. Sayang sekali jika kita tidak memanfaatkan peluang emas ini….