Seorang yang miskin ingin sekali menjadi kaya. Ia sangat iri dengan orang-orang yang memiliki rumah, mobil, makan enak dan lain-lain kenikmatan duniawi. Ia kemudian pergi ke rumah seorang bijak dan berwawasan luas. Konon kabarnya, banyak orang berhasil mendapatkan kekayaan setelah berkunjung dan mendapatkan nasehat dari orang tersebut.
Alkisah, setelah bersusah payah menunggu antrian yang lama, ia bertemu dengan orang bijak tersebut. Kemudian ia mengutarakan maksudnya memperoleh hata dunia sebagaimana diperoleh banyak orang. Segala keluh kesahnya didengarkan dengan baik oleh si orang bijak. Setelah panjang lebar berbicara tentang keadaannya, si orang bijak bertanya: “Jadi kedatanganmu untuk mendapatkan kekayaan sebagaimana diperoleh orang-orang itu?” Dengan mantab dan semangat si orang miskin ini menjawab: “Benar sekali…” Dengan santai si bijak menanggapinya: “Baiklah tolong tunggu sebentar..”
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tidak lama kemudian, terdengar suara dering telepon tuan bijak ini. Kemudian telepon pun diangkat. Terjadilah dialog singkat berikut.
“Hallo, dari siapa?”
Terdengar suara wanita dari hape tuan bijak: “Saya Fitri pak. Ayah saya sedang sakit. Ia mengalami gagal ginjal. Bisa saya memperoleh ginjal untuknya? Saya berani bayar 1 milyar”
Tuan bijak menjawab: “Sebentar, nanti saya upayakan dan saya beri kabar jika memperolehnya. Tolong kirimkan syarat ginjal yang dibutuhkan.” Kemudian dicatatlah syarat-syarat ginjal yang dibutuhkan.
Tidak lama kemudian, si bijak menghampiri si miskin, dan berkata: ” Ini ada seorang lelaki membutuhkan ginjal sepasang untuk menggantikan ginjalnya yang rusak ke duanya. Apakah anda bersedia menjual ginjalmu satu dengan harga 1 milyar?”
Si miskin menjawab dengan antusias: “Mau!!” Tuan bijak pun bertanya secara santai dan tidak terburu-buru: “Benar anda bersedia menjual ginjalmu dengan harga 1 milyar? Pikirlah sekali lagi, bagaimana jika setelah menjual ginjalmu, ginjal satunya rusak? Menurut pengalaman, setelah diambil, terjadilah ke tidak seimbangan, dan karena harus kerja keras, ginjal satunya harus kerja keras. Dan akan melemah lebih cepat dasar bisa terjadi gagal ginjal.”
Si miskin pun berpikir berulang kali. Ia masih punya isteri dan tanggungan 2 anak. Jika duit habis kemudian gagal ginjal, darimana ia bisa membelinya? Setelah dipertimbangkan secara matang, ia menjawab: “Saya tidak bersedia menjualnya. Tawarkan saja kepada orang lain”
Setelah menjawab demikian, ia masih berupaya merayu tuan bijak agar mengajarinya mendapatkan harta dunia. Tidak lama mereka berbincang, telepon genggam tuan bijak berdering lagi.
“Hallo, siapa ini?”
“Saya Endro, bapak saya sakit mata, ia membutuhkan sepasang mata yang segar. Biasanya didapatkan dari orang yang baru meninggal. Bisa saya dibantu untuk memperolehnya? Saya bersedia membayar 2 milyar.”
” Baiklah, nanti saya kabari jika ada yang bersedia mendonorkan sepasang matanya”
Kemudian ia berkata pada si miskin: “Ada seorang lelaki membutuhkan donor mata. Karena ke duanya rusak, ia membutuhkan sepasang mata. Ia bersedia membayar 2 milyar. Apakah anda bersedia menjual sepasang mata anda?”
Setelah dipikir sesaat si miskin menjawab: “Maaf tuan bijak, saya tidak bersedia menjual sepasang mata saya, walaupun senilai 2 milyar”
Mengamati hal ini, tuan bijak berkata pada si miskin: “Ternyata anda sekarang sudah kaya. Anda telah memiliki harta 3 milyar lebih, maka anda menolak tawaran uang sebesar 3 milyar dari ginjal dan sepasang mata.” Si miskin terperangah dan baru menyadari bahwa kelengkapan anggota tubuh dan kesehatannya merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Akhirnya dengan mata berkaca-kaca, ia berkata: “Terima kasih tuan bijak, tuan telah mengingatkan saya untuk mensyukuri kelengkapan dan kesehatan anggota tubuh saya. Saya berjanji akan berubah dan bekerja lebih giat dengan mengoptimalkan kesehatan dan kelengkapan utuh saya untuk mencari harta.”
Demikianlah keadaan kita sesungguhnya, sering lupa bahwa kelengkapan dan kesehatan anggota tubuh merupakan harta yang tiada habisnya. Sering kita mengabaikan dan senantiasa iri hati atas keberhasilan orang lain dalam mendapatkan harta dunia yang sesungguhnya tidak kekal. Hanya bersifat sementara. Dan kita mengabaikan sesuatu yang lebih berharga, kelengkapan anggota tubuh yang sehat.