Sholat yang benar adalah ketika kita bisa berdialog dengan Dia Yang Maha Pemberi kehidupan. Namun kebanyakan dari kita sulit melakukan yang demikian. Saat sholat pikiran dalam kondisi going London looking Tokyo. Artinya antara gerakan dan pikiran tidak sejalan. Pikiran masih memikirkan urusan bisnis atau duniawi, gerakan sholat tetap dilakukan. Sehingga tidak mengherankan sering kali lupa berapa rakaat sudah dilakukan.
Dalam suatu ayat dinyatakan bahwa sesungguhnya sholat hanya bagi orang khusyuk. Bagi saya ayat ini sangat tepat. Karena dalam kondisi pikiran yang tenang dan fokus untuk melakukan sholat. Berarti melakukan persembahan dengan hati dan badan seutuhnya kepada Dia Sang Pemberi kehidupan. Sayangnya, kebanyakan orang melakukan sholat untuk mencari ketenangan. Alhasil sholat menjadi suatu ritual yang hanya sekedar showup atau pameran agar mendapatkan pujian. Hal ini tepat sebagaimana yang saya pernah lihat di TV, seorang ibu ditanya tentang tetangganya yang baru dikenal, ternyata adalah seorang teroris. Si ibu menjawab: “Orang tersebut rajin sholat di masjid koq” Jadi bisa saja sholat jadi kedok agar tampak baik.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tidak mengherankan, walaupun badan sholat tapi kejahatan pikiran tetap berlangsung. Hanya menyentuh gerakan saja. Bahkan saat sholat, pikiran melayang ke bisnisnya. Ke isteri serta anaknya. Bukan kepada Tuhan Allah.
Apa yang dimaksud dalam kondisi khusyuk? Dari seseorang yang saya hormati, saya mendapatkan pemahaman yang luar biasa tentang definisi khusyuk ini. Dan saya sanga menyetujuinya.
Keadaan khusyuk adalah keadaan pikiran yang sudah mapan. Artinya, pikirannya tenang. Pikiran bisa tenang bila tiada lagi sesuatu yang mengganggu pikiran. Pikiran terganggu bila ada sesuatu kondisi yang belum terpenuhi. Bila semua kebutuhan duniawi sudah terpenuhi, orang tersebut pikirannya tenang. Kesehatan harus baik. Pikiran bisa tenang. Keadaan keuangan sudah mapan. Pikiran tenang. Sandang dan pangan sudah terpenuhi. Pikiran tenang. Sehingga sholat bukan lagi untuk meminta harta, wanita, dan kekuasaan.
Mungkin ada yang menyangkal, berarti sholat hanya bagi orang yang sudah mapan? Betul. Dengan kata lain kita mesti kerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita, baru sholat. Dalam kondisi ini, baru kita melakukan sholat sebagai rasa ungkapan terima kasih atas segala sesuatu yang diberikan oleh Nya. Dalam kondisi ini, kita tidak lagi memohon kepada Dia untuk memberikan ini dan itu. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan sudah memberikan bekal secukupnya bagi kita. Kita saja sering tidak meyakini kebijakan Nya.
Saat ini, menurut pemahaman saya, sholat dilakukan ketika kita butuh sesuatu. Kita jadi pengemis. Atau kita menjadi pedagang yang sedang bertransaksi saat sholat. Dan ini terjadi terhadap kebanyakan orang. Tidak mengherankan jika sholat kita tidak bisa khusyuk. Karena pengertian yang kurang tepat. Saya dulu menganggap kita melakukan sholat karena butuh pertolongan Nya. Jika saja saat kondisi, baik badan maupun pikiran sudah tenang, kita bisa sholat dengan tujuan yang jauh lebih mulia. Rasa syukur atas segala pemberian Nya. Inilah cara sholat para nabi. Janganlah beralasan: ‘Itu kan nabi….’ INilah kelemahan kita yang tidak mau berupaya, cari pembenaran akan kemalasan kita.
Dengan cara ini, bisa saja semua aktivitas kita menjadi ibadah persembahan. Bukan hanya saat sholat pada waktu-waktu yang diwajibkan. Inilah hidup keberagamaan.
Semoga kita bisa melakoni………….