Pendeta selalu berhubungan dengan menyebarkan agama atau pun kepercayaan. Ia selalu mengharapkan pendengar dan pengikut. Selalu saja mereka memandang semakin banyak pengikut semakin terkenal. Kepopuleran ini jelas selalu terkait dengan kekuasaan. Tidak mengherankan seorang pendeta atau ustad kemudian menjadi kaya.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kekuasaan adalah terkait selalu dengan uang. Pastinya terkait erat dengan kebendaan. Tidak heran biasanya selalu ber-urusan dengan perempuan. Dan pasti ada kelanjutannya, kawin. Sering sekali agama tertentu mengkaitkan dengan mengikuti ajaran nabinya. Katanya mengikuti jejak nabi. Tapi pernahkah mereka berpikir bahwa tiada maksud nabi menyebarkan yang dipercayainya baik untuk memuja hawa nafsu seksualnya?

Bicara tentang pengikut. Beberapa saat lalu saya membaca berita di salah satu media bahwa di daerah Banten atau Tangerang terjadi perkelahian antara 2 ustadz karena rebutan pengikut. Bagi yang jeli tentu bisa mengerti mengapa mereka sampai berkelahi. Betapa memalukan agama atau kepercayaan yang dianutnya. Bagi mereka pengikut identik dengan kekuasaan dan ujung-ujung nya duit. Inikah spirit menyebarkan agama? Sekedar untuk uang….

Tidak luput ada ustadz terkenal dulu. Sekarang sudah almarhum. Begitu mulia jalan pikirannya sehingga ia menginginkan merubah keadaan negeri ini dengan berdiri di salah satu partai. Bahkan sebagai bidan yang melahirkan partai politik. Apakah ia tidak juga sadar bahwa tiada satupun partai politik yang tiada berhubungan dengan kepentingan kekuasaan. Dan pastinya kekuasaan pasti berkaitan dengan duit.

Menyimak hal ini, saat ini banyak partai politik menggunakan agama sebagai kedok mencari pengikut. Hanyalah suatu kebohongan nyata jika menggunakan embel-embel agama untuk memeperhaiki negeri. Hanya orang gila yang bertanggapan bahwa dengan sarana partai politik bisa memperbaiki negeri yang bobrok. Tiada rekaman sejarah bahwa politik tiada disertai intrik kecurangan dalam perjuangannya. Inilah kemunafikan. Menggunakan sesuatu yang dianggap suci demi meraih keuntungan duniawi.

Seorang pendeta atau usatdz senantiasa berbicara untuk mendapatkan pengikut. Mereka menggunakan agama untuk berbicara keluar. Dan mereka akan kecewa berat jika saat berbicara tiada yang mendengarkan. Seorang pendeta atau ustadz sesungguhnya selebritis yang berkaitan dengan kemewahan. Sangat berbeda dengan seorang pecinta Tuhan.

Seorang pecinta Tuhan tidak membutuhkan pengikut. Ia lebih senang bercengkerama dengan Dia Yang bersinggasana dalam dirinya. Ia hanya bisa menari dan menyanyi demi persembahan kepada Tuhan yang dicintainya. Ia adalah seorang pecinta. Ia tidak sakit hati karena yang dicintainya dihinakan orang. Karena ia sadar bahwa Tuhan yang dipujanya tidak dapat dihinakan. Pujaannya tidak memerlukan atribut dunia. Tuhan pujaannya sudah Mahabesar dan Agung.

Seorang pecinta Tuhan tidak perduli akan surga dan neraka. Ia hanya merasakan kebahagiaan luar biasa ktika bisa menyanyi dan menari demi Sang Kekasih. Inilah pernyataan seorang sufi wanita, Rabi’ah.

Surga bagimu….

Dunia bagimu …..

Bagiku hanyalah cinta…..

Cintalah segala-galanya….

Yang kukenal hanyalah cinta….

Seorang pecinta tiada peduli surga dan neraka. Bukanlah surga tujuan beragama Agama hanyalah jalan bukan tujuan. Beda dengan para pendeta dan ustadz. Agama menjadi tujuan untuk mencari kekuasaan dan kenyamanan dunia.

Pilihan di tangan kita masing-masing.

Mau jadi pemuja agama atau pecinta Tuhan….