” Ketahuilah wahai Raja, kebaikan bukan lah sesuatu yang luar biasa. Kebaikan seperti kejernihan dan ke bersih an air. Kelembutan angin, Dan keluasan angkasa. Kebaikan adalah kemanusiaan dalam diri manusia. Kemanusiaan adalah sesuatu yang sangat biasa.”
” Justru menjadi tidak baik adalah yang luar biasa. Menjadi tidak baik berarti menurunkan derajat diri sebagai manusia. Kemudian apa pula yang mesti diangkuhkan dan disombongkan?”
( Bhagavat Gita by Anand Krishna #InnerJourney )
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Banyak dari kita tidak menyadari ke dua kalimat di atas. Kita mengabaikan potensi keilahian dalam diri. Kita begitu terpesona pada hal-hal luaran yang memabukkan pikiran dan badan. Bukankah kita adalah makhluk Ilahi yang berbadan? Mengapa????
Mungkinkah manusia hidup di luar Tuhan atau istilah lainnya Sang Jiwa Agung. Misalkan kita berada dalam suatu ruangan. Mungkinkah kita terpisahkan dengan udara? Suatu yang mustahil. Udara ada di sekitar dan dalam tubuh kita.
Tiada seorangpun yang mengetahui apa dan bagaimana yang kita sebut Tuhan atau Sang Jiwa Agung. Namun, realitanya tidak seorang pun yang bisa membantah keberadaan Nya. Dia berwujud dan tidak berwujud. Tidak berwujud namun ada dan menghidupi.
Berwujud di kala Dia berkehendak menjelaskan eksistensi Nya. Tanpa ada penjelasan secara lisan, manusia umumnya tidak akan bisa mengerti kehadiran Nya. Itulah sebabnya lahir para Avatar, nabi dan para suci lainnya. Tujuannya jelas: Menyampaikan bahwa manusia sesungguhnya adalah perwujudan Nya.
Sebagai perwujudan Nya, tugas utama adalah menjadi kalifah atau penguasa di atas bumi. Sebagai pemelihara segala sesuatu yang juga diciptakan oleh Dia.
Itulah sebabnya: “KEBAIKAN ADALAH KEMANUSIAAN DALAM DIRI MANUSIA”
Dasarnya manusia adalah baik. Pengaruh lingkungan lah yang menjadikan manusia menjadi jahat atau bersifat buruk lainnya. Mengenai hal ini banyak hal yang menarik di sekitar kita.
Saya sering sekali lewat di Kuningan. Jalan ke arah blok M saat jam pulang kantor sangatlah padat. Saya seringkali lewat jalur lambat, karena jalur lambat biasanya lebih lancar daripada jalur cepat. Hal ini sudah berulangkali saya perhatikan. Jalur lambat lancar dan jalur cepat lambat karena antri.
Seorang teman bercerita tentang fenomena yang hampir mirip. Suatu ketika ia pergi ke satu gedung. Dalam gedung tersebut ada dua lift. Lift satunya penuh sesak oleh penumpang. Sedangkan yang lain hampir dikatakan lega dan kosong.
dari fenomena tersebut bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa yang diikuti oleh orang banyak lebih menarik. Sehingga walaupun nyaman, tetap saja orang memilih yang lebih padat. Inilah permainan energi. Energi kolektif yang lebih besar menarik yang lebih lemah.
Bukankah hal yang sama bisa terjadi saat kita melihat suatu warung makan. Banyak orang berkerumun dan mengantri untuk dapat membeli makanan. Dan ternyata ada hal yang menarik, realitanya makanan tersebut tidaklah enak. Pikiran dan asumsi kita mempengaruhi perilaku kita.
Inilah yang juga disebut hipnosis massal. Lengkapnya bisa dibaca di sini. Seharusnya lah manusia manusia baik adanya. Itulah sifat alam yang juga menjadi unsur terbentuknya manusia. Unsur api, air, tanah, udara, dan ruang. Semua sifat alam bersifat baik dalam porsi yang seimbang.
So, menjadi jahat adalah sesuatu yang luar biasa dan di luar kodrat kemanusiaan.
Asal kata ‘manusia’. ‘Man’ dan ‘isya’. ‘Man’ dari kata mind atau pikiran. ‘Isya’ berarti Allah. Sedangkan sifat asli alam adalah Allah atau ‘Isya’.
Sifat asli inilah yang harus lebih dominan.
Kembalilah ke jati diri sesungguhnya: Allah…..