Banyak orang kebakaran jenggot karena diberikan sesuau yang menurutnya ‘baru’. Tetapi benarkah ada sesuatu yang baru tentang spiritual? Lupakah kita pesan King Salomon atau nabi Suleman:

Nothing is new under the sun

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sama sekali tidak ada yang baru. Yang dibutuhkan hanya satu:

‘Kosongkan cawan pikiran.’

Selama ini pikiran kita bagaikan cawan yang penuh pengetahuan yang seakan sudah terisi semua pengetahuan di dunia. Kita lupa bahwa pikiran kita sangat terbatas. Dan yang parah lagi adalah bahwa kita sudah merasa hebat dengan pengetahuan yang kita miliki sehingga bisa menghakimi orang. Kita lupa bahwa pengetahuan yang ada sangat amat banyak. Tidak bakal tertampung oleh pikiran kita.

Kita sering lupa bahwa suatu rumah berguna dan dapat di tempati karena ada ruang kosong. Bayangkan jika suatu bangunan masif, pasti tidak disebut sebagai rumah. Baju bisa digunakan karena memberikan kesempatan bagi si pengguna untuk menempati ruang kosong…

Baca perkembangan pengetahuan tentang perbintangan dan planet. Galaksi saja setiap waktu lahir. Hasil penelitian terakhir ‘katanya’ galaksi berjumlah 45.000. Bisakah dihitung jumlah planet nya? Konon ‘katanya galaksi Bima Sakti yang kita huni saja kurang lebih terdiri dari 200 an milyar planet.

Dan menurut penelitian, galaksi lahir dan lahir lagi. Alam semesta saja berkembang, masa kita akan mempertahankan pikiran kita dengan pengetahuan yang itu dan itu saja???

Bukankah pola pikir ini tidak selaras dengan Tuhan yang selama ini kita sebutkan. Pola pikir yang tidak selaras dengan alam ini membuat kita menderita.

Pernahkah kita membayangkan bahwa jika Tuhan adalah alam semesta ini atau mungkin lebih besar lagi, lantas apa yang kita ketahui tentang Tuhan???

Sama sekali tidak tahu.

Tetapi kita selalu membicarakan dan merasa tahu sehingga sering kita menghujat orang yang punya pendapat lain daripada pengertian Tuhan yang ada dalam benaknya. Semua orang diharuskan sama pendapat tentang Tuhan dengan dirinya. Pertanyaannya: ‘Siapa yang khufur atau menutup diri terhadap sesuatu yang lain?’

Mengapa mesti menutup diri terhadap pengetahuan yang mungkin bisa membebaskan kita dari keterikatan pengetahuan yang kita miliki? Pengetahuan yang kita miliki sangat amat terbatas. Kita jadi tetap arogan dengan pengetahuan sangat terbatas. Kita lupa saat kita sekolah Taman Kanak. Saat kita baca A, B, C dan Z; kita merasa hebat. Seakan orang lain tidak bisa membaca seperti kita.

Demikian pula dengan pola pikir kita selama tidak mau menerima wawasan lain, kita juga seperti anak SD atau TK. maukah selama hidup hanya menutup diri terhadap pengetahuan yang ditanamkan oleh orang yang juga memiliki pengetahuan terbatas???

Bukankah alam mengajarkan kita untuk belajar lebih banyak???

Saat kita menutup diri, saat itulah kita mati. Stagnant berarti kematian. Ini bukan sifat Tuhan Alam Semesta. Dia terus berkembang, masa kita bunuh diri dengan menutup datangnya pengetahuan lain?

Semakin banyak pengetahuan semakin kita tidak arogan. Arogansi terjadi ketika pengetahuan kita terbatas. Istilah dari negeri Cina:

‘Di atas langit masih ada langit.’

Sifat alam yang terus berkembang membuat kita semakin mencintai Tuhan. Semakin mencintai Tuhan berarti semakin menyayangi diri, sesama, dan alam sekitar kita.

Jika hal ini bisa dilakoni, kita akan hidup bahagia dan kedamaian pun tercapai. Karena setiap insan akhirnya menyadari bahwa dalam diri setiap insan atau pun makhluk ada Energi Ilahiah.

Bukan kah ada ayat:

Tuhan lebih dekat dari urat leher.

Implikasinya???

Tuhan ada di setiap umat manusia. Pantaskah kita menghina atau menghujatnya???

Jika kita menghujat seseorang sama saja artinya kita menghina Tuhan. Inilah sebabnya inti agama adalah:

Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.

Jika untuk melakoni ini saja kita tidak mampu, masihkah kita mengaku beragama???

Omong kosong !!!!!!

Lihatlah ini, maka kita sadar akan kepicikan pikiran kita yang tidak mau membuka atau mengosongkan cawan pikiran…