Para pejalan spiritual merasakan keramaian yang sangat ketika mampu meninggalkan atau menjauhkan diri dari keramaian duniawi. Keramaian duniawi bersifat ilusi, tidak langgeng. Bagi mereka yang tetap nyaman dengan keriuhan duniawi bagaikan jalan di tempat. Sama sekali tiada kemajuan. Mati dan hidup lagi berulangkali. Lahir lagi di dunia dan situasi yang sama adalah jalan di tempat.

Badan ibarat kereta.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Pikiran adalah tali kendali kereta.

Nafsu ibarat kuda.

Intelejensia berperan sebagai sais kereta..

Atma atau Self adalah penumpang/pemilik kereta..

Jalan yang dilalui kereta adalah dunia..

Sebagai pemilik kereta atau penumpang kereta, Self tidak mampu berbuat apa-apa. Ia hanya mengikuti kemana dan apa yang dilakukan oleh kereta/badan. Intelejensia yang mengarahkan badan mesti kemana. Namun sayangnya si badan memiliki nafsu. Ia hanya bisa berjalan jika ada kuda, nafsu. Nafsu bukan hanya niat buruk. Niat baik juga perwujudan dari nafsu.

Kereta yang bisa berjalan ditarik kuda/nafsu di atur oleh tali kendali yaitu pikiran. Kemana arah kuda/nafsu bergerak bisa ditarik oleh kendali pikiran. Intelejensia sebagai sais kereta bisa mengendalikan pikiran/tali pengendali kuda.

Saat kuda berjalan, bisa saja meleng sehingga mengalami kecelakaan. Jika tali pengendali pikiran tidak mampu mengendalikan kuda, musibah kecelakaan yang bisa terjadi. Kereta terguling dan masuk ke jurang. Badan binasa, sang Atma/Self mesti merangkak dari jurang dan menaiki kereta lain alias badan untuk mencapai tujuan. So, jika pikiran masih liar sehingga pengendalian kuda tidak terjadi, tidak bakal sampai ke tujuan. Terguling/kecelakaan terus menerus sehingga tidak bakal sampai tujuan.

Para mistik memahami peran dan fungsi badan dan pikiran sehingga tidak menjadikan badan serta pikiran sebagai tuan dan puan majikan. Mereka sudah menggunakan kecerdasan intelejensia sehingga hidup selaras dengan semesta. Sang Penumpang Atma netral adanya. Atma bagaikan buih lautan. Buih sedang dalam perjalanan transformasi menuju tujuan perjalanan. Buih ketika sedikit lepas dari induknya, lautan sesaat tampak. Tapi ketika si buih jatuh, ia kembali bersatu dengan lautan. Ia adalah lautan yang lupa jati dirinya selama menganggap diri sebagai buih.

Jika buih lautan tidak lupa bahwa ia adalah bagian dari lautan, ia tidak sombong dan arogan. Ketidaktahuan atau ke-tidaksadaran sebagai buih yang menjadikan ia semakin jauh dari lautan tanpa batas. Ia merasa sebagai buih bukan bagian dari lautan. Apakah mungkin buih ada tanpa adanya lautan. Ia juga lautan dengan sifat dan komposisi zat yang sama…….

Ia adalah bagian tak terpisahkan dari lautan…..