Itulah ungkapan kekesalan saya terhadap berita ini:
‘DUA TUBUH SAHABAT NABI SAW YANG TETAP UTUH SETELAH 13 ABAD (1.300 TAHUN) DI MAKAMKAN.’
Apa hubungannya tubuh utuh setelah meninggal selama ratusan tahun? Bukankah tubuh Baginda Rasulullah SAW juga terurai menjadi elemen alam lagi. Bukankah nabi lebih suci dari 2 orang ini? Bukankah kesadaran Baginda Rasulullah SAW sudah lebih tinggi? Coba kita renungkan dengan seksama….
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Adakah tubuh para suci dan nabi yang utuh setelah meninggal dunia????
Jika dianggap keutuhan tubuh sebagai tolak ukur kesuciannya, mengapa tidak diganti saja nabi nya???
Kesempurnaan tubuh manusia adalah terurai kembali sebagaimana semula. Tubuh awalnya tidak ada, kemudian setelah meninggal juga kembali ke tidak ada lagi. Dengan kata lain, sesungguhnya mereka yang tubuhnya masih utuh melawan kodrat atau hukum alam. Pantaskah seperti ini diberitakan???
Banyak berita sejenis. Ada lagi berita, tubuh seorang haji tidak hancur setelah dimakamkan sekian tahun. Konon katanya ia hafal isi Alquran. Memang Baginda Rasulullah SAW tidak hafal Alquran? Apakah haji ini lebih suci dari Baginda Rasulullah SAW sehingga pantas di beritakan?
Kita semua tidak sadar saat membuat berita atau cerita. Kita justru membuat orang lain lebih tersesat dengan berita yang kita sebarkan. Kita sering lupa bahwa yang sempurna adalah proses alam. Tidak ada – ada – tidak ada lagi. Jika sudah meninggal, tubuh pun masih utuh, berarti ada yang janggal dengan kehidupan orang ini.
Kita seringkali lupa bahwa pikiran kita begitu kuat. Keterikatan pikiran kita bisa membuat tubuh utuh walaupun sudah meninggal dunia. Adanya hantu juga karena keterikatan pikiran terhadap benda duniawi. Orang yang katanya sakti karena bisa menghilang atau kebal sesungguhnya pemuja tubuh. Mereka sangat terikat pada badannya. Kita lupa bahwa yang disebut ‘aku’ bukanlah tubuh.
Aku adalah tunggal adanya. Bagaimana bisa???
Tubuh si Fulan boleh mati. Tetapi ‘aku’ masih hidupkan? ‘Aku’ Paijo. ‘Aku’ Martono, dan ‘aku’ lainnya dengan nama tubuh yang berbeda. Bukan kah ‘aku’ hanya satu? Inilah yang disebut tunggal. Bahkan jika meja pun bisa bicara, ia akan berkata: ‘Aku” meja. Karena Sang Aku sedang mengambil peran jadi meja.
Lantas apa yang menjadikan tubuh orang tersebut utuh?
Gampang jawabnya !!!!
Mereka hidup tidak selaras dengan sifat alam. Pikiran mereka tidak sadar bahwa tubuh terbuat dari unsur tanah, api, air, udara, dan ruang sehingga saat meninggal pun tubuh harusnya kembali terurai ke bentuk atau elemen awalnya.
Mereka jadi budak pikiran nya sendiri…..
Mau ikutan seperti mereka, hidup tidak selaras dengan alam???