Kita mesti melihat pesan leluhur dari buku:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Halaman 165 Ayat 277:
‘Nikmati segala harta yang telah kau peroleh lewat kerja keras dengan cara-cara yang luhur; dan wariskan sisanya kepada mereka yang kau cintai dan patut menerimanya, karena maut bisa datang kapan saja untuk menjemputmu dan mengakhiri hidupmu.)
( Istilah Patra atau “Yang Layak” digunakan di sini sebagai pengganti Putra atau “Anak”. Petuah ini jelas sekali. bila seorang anak tidak layak, maka tidak ada keharusan untuk meninggalkan sesuatu baginya.)
Menikmati segala harta yang sudah diperoleh dengan kerja keras juga harus yang bijak. Sebelum kita mencari harta duniawi, kita haruslah faham tentang tujuan kelahiran. Atas dasar tujuan kelahiran ini, kita mencari harta duniawi.
Untuk itu, kita harus memahami makna kelahiran. Kebajikan atau Dharma. Dharma adalah kebajikan yang mendukung daripada tujuan kelahiran. Bukan kebajikan untuk golongan, kelompok atau pun diri sendiri. Kebajikan berlandaskan tujuan untuk kebaikan seluruh manusia dan lingkungan serta alam semesta.
Dengan dasar ini, baru kita bisa mencari harta yang layak. Saat bekerja dan berusaha selalu dilandasi Dharma sehingga tidak menggunakan segala cara dan daya untuk memperoleh harta benda. Spiritual kan pekerjaan dalam perolehan harta benda duniawi. Jika ini dilakukan, kita sedang bermeditasi saat bekerja dan berusaha. Bekerja sambil berdzikir, mengingat Tuhan Semesta Alam. Cara mencari harta duniawi dengan cara-cara luhur.
Bagaimana menikmatinya?
Nikmati lah dengan cara luhur juga. Kembali ke landasan Dharma. Yang utama menikmatinya bukan untuk kenikmatan duniawi. Nikmatilah harta duniawi selaras atau inline dengan tujuan kelahiran. Gunakan atau nikmati untuk tujuan memuliakan jiwa. Bukan untuk kenikmatan panca indra. Inilah sebabnya harta harus juga dicari dengan cara yang luhur.
To be continued : Makna kata ‘Putra’ (Bag.2)