Seringkali kita menyalahkan Tuhan saat tubuh lahir dalam keadaan tidak sempurna seperti pada umumnya. Apakah karena kehendak Tuhan? Adakah peran Tuhan menciptakan ketidaksempurnaan tubuh seorang anak manusia?

Tubuh diciptakan oleh Jiwa individu untuk melakukan peran di atas bumi. Setiap orang memiliki peran khusus atau unik di atas panggung dunia. Di atas panggung sandiwara atau panggung sinetron seperti di TV atau film layar lebar. Semua tercipta atas dasar hukum sebab akibat.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kembali tentang penyebab tubuh lahir tidak sempurna. Untuk merenungkan hal ini, kita harus yakin sepenuhnya terhadap hukum alam. Hukum sebab akibat. Hukum penciptaan yang tidak terbantahkan. Tanpa meyakini hukum cause and efect, kita senantiasa menyalahkan Tuhan. Kita anggap Dia tidak adil dan lain sebagainya…

 

Hipotesa

Ada 2 kemungkinan atau hipotesa yang bisa digali.

Hipotesa pertama adalah si calon bayi yang akan lahir sadar atau ‘terpaksa sadar’ bahwa ia pernah melakukan kesalahan sehingga harus terima balasan sebagai akibat perbuatannya. Tiada akibat tanpa sebab. Sesaat jelang meninggal dunia, seseorang diperlihatkan secara flashbacksegala perbuatan selama hidup di dunia. Ia diberikan atau memang memiliki kemampuan untuk menilai sendiri; Apakah perbuatan selama di dunia telah sesuai dengan tujuan setiap insan lahir di bumi?

Dalam kondisi demikian, si roh yang terdiri dari gugusan pikiran/mind,perasaan dan emosi tidak bisa mengelak atau berbohong atas segala perbuatannya. Mengapa? Bukan kah sangat jelas dalam kitab suci disebutkan: ‘Setiap anggota tubuh harus bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.’

Dengan kata lain, tubuh lah yang memilih atau menentukan akibat perbuatannya saat kelahiran berikutnya. Ia yang mencipta atau mencetak tubuh yang sesuai atau tepat sasaran menanggung akibat perbuatannya. Bukan karena dihukum, tetapi ia sadar bahwa ia harus menanggung efek perbuatannya. Inilah keadilan hukum alam.

 

To be continued: Hipotesa ke-Dua