Judul yang lucu….
Manalah mungkin kita hidup di luar Tuhan?
Ya mau atau tidak mau, kita mesti mengunakan terminologi yang umum…
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tetapi, inilah kondisioning kita, se-akan kita bisa hidup di luar Tuhan. Pada akhirnya, kita sibuk memperdebatkan tentang Tuhan. Kita lupa bahwa saat kita membicarakan sesuatu, kita berada di luar obyek yang kita bicarakan. Saat itu, kita sebagai subyek. Membicarakan Tuhan???
Tetapi jika kita menyadari akan hal ini, tutuplah permainan sandiwara. Inilah asyiknya hidup. Hidup dan menghidupi. Sebagai pemain sandiwara sekaligus penonton. Bukan kah hanya Dia sang Pemain Tunggal? Kita sebagai manusia sebagai pelaku permainan.
Apakah yang dimaksud hidup dalam ke-kinian?
Mungkinkah kita membicarakan hidup ke-kinian?
Saat kita menyatakan ‘Saat ini…’, sesungguhnya kita membicarakan yang sudah lewat. Kendati seper-sekian detik, namun saat itu bukanlah waktu kekinian. Kita sudah membicarakan hal yang sudah lewat.
Kapankah here and now?
Hanya dan hanya di saat kita bisa senantiasa memperhatikan nafas. Tanpa kata dan pikiran. Saat itu kita berada ‘dalam Tuhan’. Saat itu kita bersyukur. Mengapa?
Karena hanya seseorang yang bebas dari pikiran bisa bersyukur. Bebas dari pikiran masa lalu berarti kita hidup di masa lalu. Cemas memikirkan masa depan bermakna bahwa kita hidup di waktu yang akan datang. Saat kita hidup di masa lalu yang terjadi adalah gelisah, amarah, dan kebencian. Saat itu kita menderita. Saat hidup di masa depan, kita cemas dan khawatir, kita juga hidup menderita.
Berbahagialah saat kita lupa menarik nafas kembali setelah membuangnya, alias tewas, saat itu kita bisa langsung menyatu dengan Sang Jiwa Agung. Aneh juga sih, apakah selama ini kita terpisah dari Sang Jiwa Agung? Tetapi itulah pemahaman kita semasa di bawah pengaruh hipnosis massal……. He….he…..he……
Saat kita hidup dalam Tuhan, saat itu kita bebas. Dan jangan dibicarakan, saat kita membicarakan, kita sudah membicarakan sesuau yang sudah berlalu. Pada ujungnya kita hanya bertengkar, karena yang ada dalam diri kita pikiran masa lalu yang penuh ego dan arogansi untuk menang sendiri. Itulah fakta bahwa saat kita hidup di masa lalu dan di masa yang akan datang, yang menfuasai diri kita adalah kesadaran badaniah. Kesadaran ego bahwa kita lebih pintar dan berkuasa dari yang lainnya.
Saat kita memberikan komentar terhadap sesuatu, kita sering dalam keadaan tidak sadar. Mengapa???
Karena yang kita sampaikan sesungguhnya adalah ‘sampah’ yang ada dalam diri kita. Inilah aksi reaktif. Kita seharusnya sadar bahwa saat kita berkomentar terhadap sesuatu dengan serta merta, saat itu yang berkuasa dalam diri kita adalah nafsu hewaniah yang selalu ingin menang sendiri. Kita belum menggunakan viveka. Kemampuan untuk membedakan tepat atau tidak tepat. Kita merasa paling pintar, dan yang lain salah. Kita hidup di masa lalu sekaligus masa depan.
Masa lalu dan masa depan adalah tempat sang ego eksis….
Hidup kekinian berarti kita tidak bisa bergerak dan hanya memperhatikan nafas. Saat itu kita terkoneksi dengan Sang Maha Jiwa. Hidup dalam kesadaran dan kewaspadaan penuh….
Sulit???
Memang….
Tetapi tidak mungkin tidak bisa dilakukan…..