Seorang master tradisi Zen berhadapan dengan seorang calon murid. Si murid berkeluh kesah sambil berkata:

‘Masalah saya sangat berat Master/Shifu/Suhu. Hal ini membuat saya hidup tidak tenang.’

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dengan santai, Sang Master menjawab:

‘Berikan pada saya masalahmu, dan kemudian kamu bebas dari hal yang memberatkanmu.’

Sang calmur, calon murid pun bingung, bagaimana mau menjawab?

Hal ini sering kita hadapi dalam keseharian. Kita lupa bertanya pada diri sendiri, ‘Apakah sesungguhnya yang berat?’

Bukankah semua istilah berat atau ringan hanya ada dalam cara pikir kita?

Yang membuat kita merasa berat adalah perasaan tidak rela menerima keadaan. Kita selalu menganggap semua hal harus sesuai dengan keinginan kita. Satu hal lagi, kita tidak mau membuka diri terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Ketika menyadari bahwa segala hal di luar diri kita tidak mungkin kita kendalikan, kemudian kita siap menerima setiap keadaan. Kemudian, semestinya kita masuk ke dalam diri.

Masuk ke dalam diri berarti kita melakukan kontemplasi dan renungan. Lepaskan masalah dari pikiran kita. Banyak yang kemudian menyangkal, ‘Bagaimana mungkin bisa dilakukan?’

Sangat lah mungkin.

Kita kecewa, marah atau sakit hati karena kita mau disakiti. Dengan kata lain, kita mau terus memikirkan hal itu. Padahal, masalah tersebut terjadi karena ulah kita. Kita selalu saja menyalahkan orang lain. Kita selalu mencari kambing hitam. Pada hal, kambing hitam sudah habis disembelih saat kurban. (He….he….he….. Santai boss….)

Nah, saat pikiran kita sedih tentu karena tidak bisa beranjak dari peristiwa masa lalu. Kita tidak move on, kata anak muda sekarang. Tetapi hal itu benar sekali. saat pikiran kita di masa lalu tentu masih memikirkan suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kembalilah di saat ini. Kembalilah, here and now. Jangan lah: ‘Nowhere….

Sarananya ada. Nafas….

Semudah itu???

Lha iyalah… Memang Tuhan seperti kita? Jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah?

Inilah penyakit kita. Menganggap semua hal sulit. Kita lupa bahwa salah satu nama Tuhan adalah Dia yang Maha memudahkan. Satu hal lagi, adalah bahwa Tuhan tidak lepas dari kita. Tinggal kita mengaplikasikan nama Nya dalam menyelesaikan masalah yang kita anggap berat.

Arahkan perhatian kita pada nafas. Terus menerus. Jangan biarkan fokus perhatian kita pada pikiran. Kita harus selalu ingat bahwa kita memiliki kendali sendiri terhadap diri kita. Kita tidak bisa mengendalikan peristiwa di luar diri kita, namun kita mampu mengubah cara pandang kita terhadap masalah. Kita memiliki dunia sendiri. Dunia cara pandang.

Jika kita anggap ringan, ya ringan.

Jika kita anggap berat, ya berat.

Kita sendiri yang menentukan tolak ukur ringan atau berat masalah yang kita hadapi. Saat kita bisa melihat bahwa sesungguhnya banyak orang lain yang memiliki permasalahan lebih berat dari kita, kita bisa bersyukur. Saat itu, kita hidup dalam kekinian. Saat itu kita hidup dalam Tuhan. Ehhh…. walaupun ga mungkinlah kita hidup di luar Sang Maha Hidup. Sekedar permainan kata.

Kita penentu nasib kita sendiri.

Kita Sang Maha Penentu terhadap berat ringannya masalah. Kita anggap ringan, ya ringan. Jika kita anggap bahwa semua yang terjadi di luar harus sesuai dengan keinginan kita, saat itu kita merasa berat menanggung beban….

Tersenyumlah temans, dan dunia pun akan tersenyum riang….

Lihatlah burung bergerak dan denganrkan nyaynyian nya.Gemulainya daun tertiup angin bagaikan tarian sang pohon sebagai peresembahan ungkapan syukur pada Sang maha Jiwa Agung. Mereka menyanyikan pujian terhadap alam semesta yang telah memberikan kehidupan.

Hidup saat ini adalah berkah yang luar biasa.

Ingatlah temans, banyak roh yang antri mau lahir, mengapa kita menyia-siakan hidup kita pada masalah yang pada ujungnya membuat wajah kita bagaikan rotten eggplant.…..