‘Sepanjang hidupnya, jika seseorang membunuh dan berupaya untuk menaklukkan setiap orang yang memusuhi dan membencinya, tetaplah ia tidak dapat mengakhiri permusuhan dan kebencian. Namun, barangsiapa dapat menaklukkan angkara murka dan emosi-amarahnya, akhirnya terbebaskan dari permusuhan dan kekacauan.’
(Dvipantara Dharma Sastra by Anand Karishna, Centre for Vedic & Dharmic Studies)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Menaklukkan orang lain adalah sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang. Inilah sebabnya dunia selalu kacau sepanjang sejarah. Bayangkan jika setiap orang ingin merasa lebih hebat daripada orang lain. Keinginan menaklukkan orang lain sesungguhnya disebabkan adanya tidak percaya diri. Seorang yang peraya diri tidak akan melakukan hal yang sesungguhnya bertentangan dengan sifat alam.
Sebagai contoh: Setiap orang percaya bahwa matahari pasti akan terbit esok hari. Oleh karena itu tidak ada seorang pun yang memperdebatkannya. Sebaliknya, karena sedikit atau bahkan tidak percaya bahwa Tuhan ada, banyak oeang meributkannya. bahkan saling berargumentasi bahwa Tuhan adalah pembelanya. Ketidak percayaan diri membuat orang selalu berupaya untuk minta dukungan orang lain sebagai upaya meng-amini kepercayaannya.
Mari kita perhatikan sifat alami dari matahari. Ia begitu perkasa, tetapi ia tidak membutuhkan pengakuan orang lain atau sesama makhluk lain. Ia bersinar tanpa rasa beban. Ia hanya bersinar sebagaimana sifat alaminya. Sebagaimana ciptaan Sang Maha Jiwa Agung, setiap unsur alam seperti air, bumi, api, dan udara diberikan sifat sebagai pemberi. Ya, memberi dan memberi untuk menghidupi manusia.
Manusia bergantung keberadaan udara, air dan api untuk hidup. Sebaliknya, air, bumi, udara, dan api tidak membutuhkan manusia. Manusia dan hewan yang bisa bergerak sendiri yang juga memiliki mind yang sudah lebih berkembang malahan tidak bisa hifup mandiri sebagaimana tumbuhan. Tumbuhan adalah makhluk mandiri dan bahkan ia menyediakan diri untuk bahan makanan bagi hewan dan manusia.
Tampaknya, semakin berkembang mind nya semakin lemah. Semakin bergantung pada makhluk alam lainnya. Bahkan jika kita amati lebih lanjut, sesungguhnya manusia yang katanya memiliki kualitas mind lebih sempurna atau lebih baik dari hewan merasa semakin tidak percaya diri. Ada unsur kekhawatiran atau ketakutan dalam menghadapi kehidupan.
Menaklukkan diri amat sangat sulit. Namun, sekali tertaklukkan, dunia damai dan tenang merupakan keniscayaan. Mengapa?
Karena saat itu setiap orang hidup dalam dunia yang sama, dunia penuh damai dan indah. Kekacauan terjadi ketika setiap orang ‘merasa’ memiliki dunia. Dunia ciptaannya sendiri dan minta diakui. Keinginan untuk diakui adalah penyakit.
Sebagaimana disebutkan kutipan pada awal artikel ini, membunuh dan berupaya menaklukkan setiap orang yang memusuhi dan membencinya sealu saja dilakukan oleh kebanyakan orang. Inilah sifat dasar manusia, ingin menjadi yang paling unggul. Marahari, air, dan api tidak butuh pengakuan dari lainnya untuk selalu berbagi yang dimilikinya.
Matahari terbit dari timur selalu rutin dilakukan, tanpa diminta. Jika saja kita sebagaimana manusia yang dikatakan memiliki kesempurnaan mind bisa melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh unsur alam, dunia bisa menjadi damai. Dunia kacau karena hilangnya rasa percaya diri dalam diri manusia. Adanya kecemasan atau kekhawatiran akan hari esok.
Kita menabung atau menimbun barang saat terjadi bencana. Bahkan parahnya, kita hanya memikirkan ego, ego golongan, kelompok atau diri. Jarang kita memikirkan orang lain. Kita lupa kata bijak yang menjadi warisan dari para suci atau avatar:
“Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan”
Cintailah tetanggamu sebagaimana kamu ingin dicintai. Jika pun kita tidak bisa berbuat kebaikan terhadap orang lain, paling sedikit jangan melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain…
Semoga alam serta manusia bahagia selalu…..