Cermin Hati
Segala sesuatu yang dilihat di luar diri adalah cermin hati. Kita melihat yang kita suka menjadi bukti nyata. Banyak hal terjadi di sekitar kita. Bahkan kita sendiripun demikian.
Satu cerita menarik dari Mahabharata:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ketika Pandawa dan Kurawa masih muda, mereka berguru pada Resi Drona. Sebagai bahan ujian, suatu ketika ia memanggil Duryudana dan Yudistira. Ke duanya diberi tugas yang unik. Yudistira dipanggil Drona dan diberikan tugas agar pergi ke tempat orang banyak yang diminta untuk mengamati dan mencatat segala sesuatu yang buruk pada orang-orang tersebut. Sedangkan Duryudana diperintahkan oleh Drona agar mencatat hal yang baik pada kelompok masyarakat lainnya.
Setelah dirasa selesai tuganya, Yudistira kembali pada Drona untuk melaporkan yang dicatat dari penduduk. Ketika Drona bertanya akan hal-hal buruk yang dikumpulkan dari penduduk, Yudistira menjawab bahwa ia tidak bisa mencatat hal yang buruk dari orang-orang. Bagi Yudistira, ketika akan mencatat hal yang buruk justru yang tampak adalah segala hal buruk yang ada dalam dirinya. Sehingga ia tidak bisa membuat catatan keburukan orang lain.
Giliran Duryudana memberikan laporan pada Drona akan tugasnya. Kebalikan daripada Yudistira, Duryudana menyampaikan bahwa ia tidak bisa melihat kebaikan pada orang lain. Ia merasa bahwa yang dilakukan selama ini adalah paling baik. Sehingga, ia menganggap bahwa tidak ada orang lebih baik daripada dirinya.
Pesan Sufi
Dari sini, kita bisa merenungkan bahwa sesungguhnya ketika kita bisa menilai keburukan orang lain berarti kita sedang membuka aib kita sendiri. Kita sedang membuka kedok keburukan pada diri sendiri. Sekilas, saya ingat apa yang disampaikan oleh Rabiah Aldawiyah.
Seorang sahabat sufi wanita ini bertanya: ‘Rabiah, mengapa kau tidak bisa membenci setan?’ Rabiah pun menjawab dengan tenang: ‘Sahabatku, seluruh hatiku merindukan Allah sehingga tidak ada lagi ruang bagi si setan.’ Cermin hati Rabiah menunjukan diri yang sesungguhnya.
Jika kita melakoni dan bisa merenungkan hal ini, walaupun emosi kita sering bergejolak, semoga bisa segera pulih. Ingatkan diri sendiri bahwa ketika kita menunjukan sifat keburukan pada diri orang lain, sesungguhnya dalam diri kita lebih banyak keburukan yang tidak tampak.
Ayat dari alam
Saat gelap malam, banyak bintang, bisakah kita menghitung bintang di langit? Sulit bukan???
Kesalahan orang lain tampak banyak bagaikan bintang di langit. Namun ketika matahari terbit di pagi hari, semua bintang pun hilang bersama kegelapan malam.
Matahari adalah kebaikan dalam diri orang lain. Saat kita bisa melihat kebaikan orang lain, maka semoga kita bisa menghilangkan keburukan pada diri orang lain. Jika ada 9 keburukan dan satu kebaikan pada diri seorang teman, anggap matahari kebaikan bisa mengusir 9 keburukan pada teman kita. Dengan cara ini, kita bisa lebih tenang dan bersyukur. Rasa syukur adalah energi positif yang bisa membuat pikiran tenang dan bahagia serta membuat tubuh kita sehat.
Bukankah kita bisa mengubah suasana hati kita? Tiada seorang pun bisa membuat hati bahagia kecuali diri kita sendiri. Kita: lahir, hidup serta mati pun sendiri.