Dan ketika para pembaca menjadi marah serta mengomel pada judul di atas, andalah salah satunya. Mengapa? Kemarahan anda merupakan indikasi bahwa anda masih menyembah kata. Anda begitu terjebak oleh kata judul, kata orang serta kata lingkungan. Lantas harus bagaimana?
Gampang menyikapi tulisan orang gila seperti ini, tertawa…… ha…………….ha………………..ha……………. Lucu sekali orang ini, tetapi benar juga. Dimana kebenarannya? Mari kita simak……..
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Seringkali kita menuduh orang lain, misalnya mereka yang memiliki kepercayaan Hindu, konotasi pikiran kita langsung mengatakan: ‘Mereka memiliki banyak tuhan. Mereka politeis, banyak tuhan.’ Sedangkan diriku, ‘Keyakinan yang ku percayai menganut MONOTEIS.’
Sadarkah kita bahwa saat kita mengatakan ‘monoteis’ atau satu tuhan sesungguhnya secara tidak langsung mengatakan bahwa kita menyembah yang disebut dewa juga?
Kita mengatakan bahwa dewa dan dewi yang ada pada kepercayaan Hindu sebagai Tuhan. Pada hal karena kita belum memahami bahwa sesungguhnya pemahaman kita belum lah tepat.
Dewa dan dewi merrupakan sebutan jender. Ketika kita memberkan nama Dewa pada anak kita, tentu yang diberi nama ada;ah lelaki. Dan saat kita memberikan nama Dewi pada anak perempuan kita. Nah, mana ada tuhan berjender. Tuhan mana berjender? Dengan kata lain, sesungguhnya selama ini tuduhan kita kurang tepat. So, dewa yang dipercayai para penganut keyakinan Hindu bukan lah Tuhan sebagai kita percayai.
Jangan-jangan kita pun penyembah dewa atau dewi?
Mana mungkin !!!!!
Aku penyembah Tuhan yang tunggal. Aku monoteis….
Lha, jika ada kata mono atau satu berarti masih ada 2,3,4,5,6……….. dan sebagainya. Berarti apa? Kita juga sama, hanya yang kita akui satu dewa atau dewi………….
Mari kita renungkan………..
Saat kita minta pada Tuhan agar kita dilindungi dari mara bahaya atau godaan setan, secara tidak langsung sesungguhnya kita sedang menciptakan Tuhan sebagai dewa atau dewi. Edan kamu, mana mungkin????!!!!
Coba bayangkan…….
Misalnya kita minta bantuan pada seseorang, kita tentu merupaan individu yang beda dengan orang yang kita minta bantuannya. Benar? nah, dalam hal ini ada dua individu. Kita minta bantuan orang tersebut untuk melindungi kita dari ancaman orang ke tiga. Ada tiga sosok individu yang beda. Kita, orang yang kita mintai bantuan, dan satunya adalah musuh kita.
Bukan kah analogi ini sama dengan ketika saya mengalami ancaman setan, saya minta bantuan Tuhan untuk mengalahkan setan. Benarkah kita sudah menempatkan diri bahwa kita dan setan ada dalam Tuhan?
Tidak……..
KIta menempatkan Tuhan sebagai individu untuk membantu kita…..
Kita masih menganggap Tuhan yang kita percayai Monoteis sebagai dewa juga……
Lantas harus bagaimana???
Ya, kembali ke dalam diri.
Jangan tempatkan Tuhan di luar sana…..
Karena…………
Saat kita menempatkan Tuhan di luar diri berarti ada dua individu: tuhan dan kita……..
Saya juga tidak tahu dimana Tuhan berada……
Ketika saya tahu berarti saya bisa menunjukkan. Ketika saya bisa menunjuk berarti saya berada di luar Tuhan. Mungkin????!!!!
Itulah sebabnya, para mistik, para sufi, dan para avatar serta para suci hanya bisa menyaniy dan menari memuja Sang Kekasih. Mereka hanya tahu mencinta dan mencinta. Mereka tidak lagi menggunakan kata mono dan politeis. Mono dan poli hanya eksis pada tataran pikiran atau intelektual………..