Seorang Master Sejati adalah seorang murid abadi.
(Dvipantara Yoga Sastra by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Seorang master akan selalu membuka diri terhadap segala sesuatu yang mendorong dirinya berkembang ke arah kemuliaan jiwa. Ia sadar bahwa evolusi kesadaran terus bertumbuh dan meluas. Saat seseorang mengatakan bahwa dirinya sudah belajar, saat itu evolusi kesadarannya mandeg. Yang terjadi bukan lah perluasan kesadaran, sebaliknya akan terjadi penyusutan dan kemudian mati.
Seorang master tidak pernah mengaku diri sendiri sebagai master. Jika ada seseorang yang menyatakan dirinya demikian, sesungguhnya ia bukan lah master. Seorang master sangat terbuka terhadap segala perubahan. Sebaliknya, saat seseorang menyatakan diri bahwa’Aku adalah master’, saat itu egonya yang menguat.
Perhatikan kata ‘aku’. Inilah ego. Bagaimana mungkin seorang master sejati bisa menyatakan diri sebagai master? Dengan menganggap diri seorang master, ia menumbuhkembangkan ego. Cara ini tidak akan menaikkan evolusi kesadarannya. Sayang sekali jika hal ini terjadi ada diri kita.
Seseorang yang ingin cerah tidak akan mencapai titik akhir pencerahan. Karena pencerahan adalah suatu perjalanan tiada akhir. Ada awal tetapi tiada titik akhir. Sangat menyedihkan jika seseorang mangatakan bahwa dirinya ‘sudah’ cerah. Saat itu dikatakan dan dilakukan, saat itu pula ia akan mengalami penyusutan serta kemunduran. ia akan mati. Pencerahan adalah titik awal menuju keluasan tanpa batas. Bagaimana mungkin akan ada titik akhir???
Proses belajar terjadi seumur hidup. Seorang master sejati sangat sadar akan hal ini. So, jika kita ingin berguru pada seseorang, temukan lah ia yang selalu belajar tanpa henti. Ia lah seorang master sejati sekaligus seorang murid abadi. Seorang murid adalah ia yang ber ‘murad’. Ia yang memiliki tujuan tunggal, menuju kesadaran jiwa. Kesadaran tanpa batas…….
Seseorang yang melakoni kesadaran jiwa adalah seseorang yang sepanjang hidupnya berupaya menafikan ego. Menafikan ‘aku’ sebagai kesadaran tubuh. Ia sadar bahwa tubuh atau bendawi hanya bersifat ‘sesaat’. Bersifat sementara. Bukankah segala hal di bumi ini bersifat sesaat atau sementara?
Ia sadar bahwa kesesatan tidak terjadi karena tuduhan orang lain. Kesesatan terjadi karena ketergantungan diri terhadap benda yang bersifat sesaat aau sementara. Kebahagiaan sejati tidak akan terjadi ketika keinginan panca indra terpenuhi oleh benda yang bersifat sesaat. Sesaat ada sesaat tiada…..
Para resi, para suci dan avatar masa lalu banyak meninggalkan pesan. Pesan ini berasal dari Dia yang mengembara dan ingin menikmati pengalaman menjadi manusia ciptaan Nya. Bagaikan seorang pencipta pesawat terbang atau mobil yang ingin mencicipi benda ciptaannya. Bukan kah tubuh kita bagaikan kendaraan bagi Sang Maha Jiwa?