‘Mereka yang mengklaim hanya dituntun oleh intuisi saja dan menolak untuk belajar dari orang lain sesungguhnya dituntun oleh ego mereka. Mind (gugusan pikiran dan perasaan) yang intuitif senantiasa bersedia mempelajari sesuatu yang lebih bernilai, terlepas dari mana sumbernya.
(This is Truth That too is Truth by Swami Anand Krishna, www.booksidonesia.com)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Intuisi adalah tuntunan alam. Pada kenyataannya tuntunan alam senantiasa mengarah ke arah kebajikan. Tidak bisa seseorang menklaim bahwa intuisi mengajaknya menuju perbuatan yang bertentangan dengan alam. Sifat alam selalu terbuka dan memberi serta berbagi. Keterbukaan untuk menrima sesuatu demi kebajikan diri adalah sifat alam.
Mind atau gugusan pikiran dan perasaan memiliki sifat yang cenderung mencari keuntungan bagi diri sendiri. Inilah yang disebut intelektual. Intelektual berlandaskan ego. Intelektual adalah kepintaran berdasarkan pengetahuan manusia. Ini yang membedakan dengan intelegensia, cara pandang selaras dengan sifat alam.
Dari keadaan di atas, kita bisa memahami bahwa ketika seseorang menyatakan bahwa ketika ia merasa dituntun oleh intuisi untuk tidak belajar dari orang lain tanpa memandang dari mana sumbernya, sesungguhnya bertentangan dengan sifat dasar intuisi itu sendiri. Inilah kelicikan mind. Mind adalah dasar ego manusia. Gugusan pikiran dan perasaan selalu menuntut untuk menang sendiri.
Intelegensia adalah kemampuan manusia untuk memilah dan memilih. Karena intelegensia merupakan kecerdasan alam, maka ia tentu memilah dan memilih yang menjadi sifat dasar alam, kemuliaan. Oleh karenanya, ia memiliki kebijakan untuk mempelajari sesuatu yang menunjang evolusi jiwa. Ia memiliki kemampuan untuk mengikuti tuntunan seseorang yang bertujuan untuk meninggikan derajat sang jiwa.
Intuisi menuntun kita untuk melupakan semua pelajaran keliru yang telah kita pelajari. Hanya ketika mind (gugusan pikiran dan perasaan) tidak lagi terbebani dan terlepaskan dari pelajaran-pelajaran tersebut, barulah kita bisa menciptakan ruang untuk intuisi yang lebih dalam.’
(This is Truth That too is Truth, by Swami Anand Krishna)
Semua hal yang diperoleh dari pelajaran memiliki kecendrungan membebani. Karena pelajaran yang diberikan oleh mereka yang belum memahami tujuan utama kelahiran condong ke arah kenyamanan badan. Kenyamanan indrawi. Pada umumnya, orang sekitar kita memberikan pelajaran bagaimana mencari uang untuk menunjang kehidupan. Ini kita peroleh sejak kecil, sejak pelajaran sekolah dasar. Ketika ditanya, ‘Jika kelak besar, cita-cita mejadi apa.’ Pada umumnya kita memiliki referensi untuk menjadi orang sukses, sukses secara materi.
Hal ini adalah pemahaman kita pada umumnya. Sehingga tidak heran jika kita tumbuh berorientasi pada masalah keduniawian. Apalagi dengan lajunya perkembangan teknologi, sejak kecil anak-anak sudah kenal gadget dan komputer. Kita melupakan bagaimana menulis dengan tangan. Kita lupa bahwa ada motorik halus yang ada pada jari-jari tangan yang tersimulasi saat menulis.
Banyak penelitian bahwa motorik halus ini mempu meningkatkan kecerdasan dan daya ingat seseorang. Semakin sering kita menuliskan dengan papan ketik, semakin melemah kecerdasan dan daya ingat kita terhadap sesuatu. Hal ini merupakan pengalaman saya. Dulu ketika masih kuliah, saya selalu mengerjakan lagi soal yang sudah dijelaskan. Ternyata dengan melakukan ulang contoh soal dan menuliskan dengan tangan, sangat membantu daya ingat saya ketika di pagi hari berikutnya ada soal ujian yang mirip. Inilah intuisi, mengikuti suara hati untuk sesuatu yang lebih baik.
Intuisi mengajak manusia menuju kemuliaan. Intelektual mengajak menusia untuk mengatakan bahwa diri sudah pintar dan tidak butuh tuntunan seseorang, walaupun tahu bahwa tuntunan itu sesuatu yang menumbuhkembangkan peningkatan kualitas jiwa.
Semoga kita semua diberkahi oleh Keberadaan sehingga senantiasa terbuka untuk melepaskan pelajaran yang meningkatkan ego atau menjadi budak mind. Menjadi budak mind berarti menutup diri terhadap sesuatu untuk menafikan ego.