Mungkinkah seseorang merasakan puas atau cukup?

Untuk bisa merasakan puas atau cukup, seseorang mesti mampu merasakan kedamaian dalam diri. Sering kita mengatakan damai dan damai. Adakah kedamaian di luar? Tiada kedamaian di luar diri bila tidak ada kedamaian dalam diri. kebanyakan orang ingin mendamaikan orang lain, namun sesungguhnya  ia sedang menipu diri sendiri. Jika setiap orang belum mampu berdamai dengan diri sendiri, jangan berharap ada kedamaian di luar.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Seseorang yang ingin menciptakan kedamaian di luar, pertama sekali ia mesti damai dengan diri sendiri. Dalam buku Rahasia Alam Alam Rahasia yang dituliskan oleh Swami Anand Krisha, www.booksindonesia.com disebutkan bahwa Gerbang Kebebasan dijaga oleh 4 pengawal. Salah satu pengawal adalah Shaanti atau kedamaian. Yang lain adalah introspeksi diri, santhosa atau merasa cukup atau puas.

Kedamaian dalam diri bisa diperoleh bila kita dalam keadaan seimbang. Pertanyaan selanjutnya adalah: ‘Bagaimana yang disebut seimbang?’ Mungkinkah kita bisa menyeimbangkan atara rasa sakit dan suka?

Sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Bagaimana kita bisa menyeimbangkan rasa? Suatu hal yang hampir tidak mungkin. Sering kali kita dengan mudah mengatakan mencari keseimbangan dunia dan akherat. Namun selama ini perkataan tersebut hanyalah konsep atau sekedar basa-basi dalm pergaulan. Seakan kita bisa menakar besarnya kebutuhan dalam kuantitas. Bukankah rasa cukup juga merupakan persepsi yang setiap orang berbeda ukurannya? Hanya rasa ukurannya, persepsi.

Tampaknya ada suatu rasa tertentu dalam hal ukuran. Dalam pemahaman saya, yang disebut seimbang adalah suatu keadaan yang melampaui persepsi. Keterbukaan diri untuk menerima keadaan suka atau duka. Kesediaan atau keterbukaan ini bisa terjadi bila dan bila kita mulai merambah pada pemahaman bahwa yang disebut sebagai ‘AKU’ bukanlah tubuh, pikiran, atau pun rasa.

Kita tidak mungkin atau sulit menyeimbangkan rasa saat masih pada kesadaran tubuh atau kesadaran luar. Daun pada satu pohon yang sama pun tidak ada yang persis. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya dalam alam ini tidak ada yang seimbang sebagaimana yang difahami oleh manusia, 1/2 kilo sama dengan 1/2 kilo. 1/2 lingkaran warna hitam; 1/2 lingkaran warna putih.

Keseimbangan terjadi bila kita bisa menerima setiap keadaan. Untuk itu, intelektual mesti bisa dilampaui. Atau dengan kata lain transformasi intelektual menjadi intelejensia. Yoga atau meditasi lah yang bisa mengubah intelektual menjadi intelejensia. Gerakan tertentu yang ditemukan oleh Reshi Patanjali; Yoga Sutra Patanjali by Anand Krishna, www.booksindonesia.com menjelaskan hal ini dengan latihan yang harus dilakukan.

Tiada seorang pun bisa mengetahui secara pasti mekanis yang terjadi. Keyakinan dan kepercayaan penuh dengan tekun serta disiplin penuh bisa mewujudkan semua ini. Hasilnya dapat dilihat, hanya prosesnya yang sangat sulit difahami.

Dari pengalaman, terbukti bahwa transformasi bisa terjadi. Akibat latihan terjadi secara nyata, seseorang yang tidak sabar atau pemarah bisa menjadi lebih sabar secara alami setelah melakukan latihan nafas perut. Inilah proses alam yang sulit dijelaskan mekanismenya. Hal yang sama juga bisa terjadi pada saat seseorang melakukan suatu kejahatan, di lain waktu ia mendapatkan balasannya. Tiada seorang pun bisa menduga kapan balasan akan dirasakannya.

Kembali pada keseimbangan. Saat kita bisa membuka diri untuk menerima segala kemungkian kejadian yang kita alami dan menerima segala keadaan, orang tersebut dalam keadaan seimbang. Ia bisa melihat segala peristiwa yang dialaminya dengan berserah diri sebagai sesuatu yang harus diterimanya. Tidak ada unsur mencari kesalahan pada orang lain, bahkan mengatakan bahwa Tuhan sedang mengujinya. Inilah yang disebutkan keseimbangan diri.

Jika keseimbangan diri bisa dicapai, maka diri pun menjadi damai…….