Inilah sebabnya manusia menderita. Kebanyakan manusia selalu merasa menderita kerena tidak mau menerima keadaan diri sendiri. Menerima keadaan bukan berarti diam. Berkah dari Allah tidak bakal turun tanpa upaya. Dari pernyataan ini sesungguhnya semakin membuat saya semakin bingung. Benarkah berkah dari Tuhan? Atau karena kegigihan upaya manusia sendiri.

Suatu pertanyaan yang tidak seorangpun mampu menjawab. Karena tidak seorangpun bisa memastikan atau membedakan antara hasil dari berkah dan usaha. Jika tanpa usaha sangat jelas kesalahannya. Tidak mungkin seseorang tanpa usaha bisa mendapatkan hasil.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Hal lain yang semakin membuat saya bingung adalah, apakah ada titik henti bagi seseorang yang berupaya? Jika tidak ada tituk henti, kapankah secara pasti peran berkah mulai? Ini juga tiada seorangpun bisa menjawab. Karena, jelas tiada seorangpun tahu dengan pasti bentuk dari berkah. Semua begitu misteri.

Satu hal yang amat pasti bagi saya adalah, bahwa manusia menderita karena ulahnya sendiri. Dalam hal ini manusia berperan sebagai dewa. Dewa adalah kekuatan yang menurut bayangan kita sesuatu kekuatan di luar diri manusia. Tetapi, mengapa mesti kita melihat keluar diri?

Pernahkah kita berpikir panjang bahwa seorang ahli kungfu yang bisa membuat dirinya kebal juga hasil dari latihan? Selain itu, kita selalu bepikir bahwa seseorang yang melakoni ritual untuk mendapatkan kesaktian atau kekebalan dianggap menggunakan bantuan jin. Benarkah demikian?

Sesungguhnya tidak. Semua berasal dari kekuatan pikiran sendiri. Coba saja kita renungkan, benarkah pesawat terbang, tank yang kuat, kapal lau yang perkasa tidak berasal dari kekuatan pikiran? Semua dari kekuatan pikiran. Bahan bakunya saja yang dari luar. Tanpa pikiran, tiada rumus tercipta.

Kita adalah pencipta. Sebagai generator (G). Kemudian ditindak lanjuti dengan perbuatan. Inilah peran operator (O). Namun, suatu ketika kita bosan, dan kita berperan sebagai destructor (D). Kitalah GOD. Apapun kejadian itu, kita lah sebagai pemeran utama dai penderitaan kita.

Lantas dimana peran orang lain? Saya balik bertanya, mengapa mesti mengurusi oang lain, jika kita sudah sadar bahwa kitalah pencipta penderitaan atau kesengsaraan sendiri. Saat bertanya tentang oang lain, kita akan lari mencari kesalahan orang lain. Dan kita sadar bahwa saat mencari kesalahan oang lain, kita sedang menciptakan penyakit bagi diri sendiri.

Solusi untuk mengakhiri penderitaan adalah: Hentikan mencari orang lain sebagai sumber penyebab penderitaan kita. Dan langkah selanjutnya, menyadari bahwa diri kita adalah GOD. Kitalah pencipta masalah, pemelihara masalah, dan yang bisa menuntaskan atau menyelesaikan masalah kita juga diri sendiri.