Kisah yang pantas direnungkan.
Suatu ketika, seorang tukang kayu yang miskin tetapi tekun bekerja dan jujur. Ia bekerja dengan giat karena ia harus menghidupi istrinya. Suatu saat, ia tertidur karena kelelahan menebang pohon. Ketika ia bangun, ia mencari kapak yang semula diletakkan di samping tubuhnya. Ia mencari ke segala tempat, dan pada akhirnya ia tiba di tepi sungai.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ketika berada di tepian sungai, tiba-tiba muncul dewa air. Sang dewa air bertanya, apa yang dicari oleh si tukang kayu. Si tukang kayu dengan jujur menjawab bahwa ia kehilangan kapak. Kapak adalah alat yang amat sangat berharga bagi hidupnya. Ia amat bergantung pada kapak dalam mencari nafkah.
Sang dewa air berkata bahwa ia bisa membantu menemukan. Kemudian sang dewa air menunjukkan kapak emas sambil berkata: ‘Hai tukang kayu, inikah kapakmu? Tukang kayu seorang yang jujur, maka ia pun menjawab: ‘Bukan tuan, kapak ku adalah kapak besi, walaupun itu kapak dari emas, tetapi itu bukan milikku.’ Jawaban yang jujur. Sang dewa air pun ingin menguji, maka diambillah kapak perak.
‘Inikah kapakmu yang hilang? Si tukang kayu kembali menjawab: ‘Bukan tuan, kapak ku terbuat dari besi. Kapak perak itu bukan milikku.’
Kemudian, sang dewa air mengambil kapak besi sambil berkata: ‘Inikah kapakmu?’ Si tukang kayu menjawab dengan wajah berbinar: ‘Betul sekali, itulah kapak ku.’
Kagum pada kejujurannya, maka sang dewa air memberikan semuanya, kapak emas dan perak juga pada si tukang kayu….
Cerita belum berakhir;
Setelah menjadi kaya, si tukang kayu tetap melanjutkan pekerjaannya. Suatu ketika, ia bersama sang isteri pergi dan tiba di tempat dahulu kala kehilangan kapak besi. Kembali ia tertidur di tempat yang sama. Ketika ia terbangun, ia kehilangan istrinya. ia kembali mencari-cari. Ia tiba di tempat dahulu kehilangan kapaknya.
Saati itu, muncullah sang dewa air. Ia ingin menguji, apakah tukang kayu masih seorang jujur seperti dahulu.
Sang dewa air kemudian mengambil seseorang wanita cantik, mungkin bintang film saat itu. Sang dewa air berkata: ‘Inikah istrimu.’ Diharapkan si tukang kayu akan menjawab bahwa itu bukan istrinya, tetapi jawabannya di luar dugaan…
Si tukang kayu menjawab dengan spontan, ‘Betul sekali, itu istri saya…’
Sang dewa air terperangah: ‘Wah kamu bukan tukang kayu yang kukenal dahulu, ia seorang yang jujur. Kamu tidak jujur lagi…’
Si tukang kayu menjawab: ‘Saya masih jujur, maka saya menjawab bahwa itu istri saya.’ Kemudian ia menjelaskan bahwa belajar dari pengalaman terdahulu, sang dewa air akan memberikan semuanya; dan jika terjadi demikian, ia akan mengalami masalah dalam kehidupannya. Ia berkata bahwa untuk menghadapi satu istri saja, istri aslinya, sudah pusing tujuh keliling, apalagi 3 istri. Oleh karena itu, lebih baik ia segera mengaku agar hanya diberikan yang ditawarkan pertama sehingga tidak ada 3 istri di rumahnya.
‘Ah ternyata kau masih jujur seperti dahulu. Namun kamu lebih tepat berpikir serta menjawab.’ Maka dikembalikanlah istri asli si tukang kayu.
Inilah tindakan yang tepat. Tukang kayu telah memahami bahwa dalam hidup ia harus bertindak tepat dan jujur………