Apa sesungguhnya makna kalimat di atas?

Bukan menjadi acuan pemikiran saya. Ini pendapat saya, jika yang lain memiliki pendapat beda, itu juga sah-sah saja.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Roh adalah gugusan pikiran dan perasaan. Sehingga ketika dikatakan: ” Ku tiupkan roh ku ” artinya sebagian pikiran dan perasaan dilimpahkan pada seorang calon bayi. Mungkinkah????

Mari kita pelajari dan renungkan..

Saat seorang pria berhubungan dengan wanita, apa yang dalam benaknya? Keinginan untuk berhubungan. Bukankah ini pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan ini terbawa oleh sperma atau benih. Mengapa bisa? Karena mind atau gugusan pikiran dan perasaan juga ada dalam sperma. Saat si benih bisa menyatu dengan indung telur, dan kemudian jadi bayi, tak pelak lagi pada diri si anak juga mengandung pikiran dan perasaan si orang tua.

Hal ini terleihat bagaimana sifat si anak ada kemiripan dengan si orang tua. Mungkin pada cara makan. Mungkin pada cara berjalan. Bisa juga cara berpikir. Atau kebiasaan lainnya. Kesukaan makan sesuatu yang ada kesamaan. Saya juga mengalaminya. Saya ingat ayah saya almarhum paling suka makan mie. Ternyata menurun pada saya yang penggemar makan mie.

Ada cerita yang menarik lagi………..

Saya ingat dahulu semasa kecil saya tentang tetangga. Ia sangat membenci anjing. Suatu ketika, saya lupa penyebabnya, yang saya ingat bahwa tetangga saya memukuli seekor anjing sambil digantung. Ia memukuli si anjing dengan sangat sadis. Sampai-sampai si anjing tulang belakangnya remuk sehingga untuk berdiri saja sulit. Hanya bisa angkat kepala sambil lidahnya terjulur.

Si tetangga lupa bahwa saat itu, istrinya sedang mengandung. Alhasil, ketika melahirkan seorang anak keadaan fisiknya sama dengan keadaan si anjing yang dipukuli si bapak. Sungguh menyedihkan, anak cacat dan hanya bisa angkat kepala sambil lidah menjulur dan air liur menetes persis dengan keadaan anjing setelah disiksa oleh si bapak.

Sungguh dahsyat kekuatan pikiran yang penuh kebencian. Inilah hukum alam, sebab akibat. Memang si anak tidak menerima akibat langsung dari perbuatan si bapak. Hukum alam sangat rapi kerjanya. Si anak adalah jiwa yang bebas. Jiwa mandiri yang hanya bisa menerima akibat perbuatannya sendiri. Inilah luar biasanya alam yang maha rapi kerjanya.

Si anak bisa jadi pernah melakukan perbuatan yang sangat sadis juga sehingga harus mengalami cacat fisik yang parah. Sepertinya, kekuatan pikiran si ayah yang kejam terhadap seekor anjing mengundang roh yang seharusnya mengalami akibat dari perbuatanya sendiri. Iniah keadilan hukum alam. ‘Tampaknya’ akibat perbuatan si bapak terhadap anjing, ia mendapatkan anak yang cacatnya sama dengan anjing yang dipukulinya.

Tidak disangkal, si bapak yang begitu kejam mengalami penderitaan dengan memelihara anak yang memiliki cacat fisik cukup parah. Namun bisa jadi, jika kesadaran si bapak tidak datang pada saat kehidupan saat ini, ia akan mengalami hal sama dengan fisik anjing yang disiksa begitu parah.

Namun sebaliknya, jika si bapak mau menyadari dan menyesal atas perbuatannya, ia bisa saja tidak mengalami akibat perbuatan fisik penyiksaannya terhadap si anjing. Tiada satu pun yang tahu kerja alam yang begitu rapi.

Pendek kata, saat hidup sekarang adalah akibat perbuatan sebab masa lalu yang kita ciptakan. Pada saat bersamaan sekarang, kita juga sedang menciptakan sebab bagi akibat masa datang………

So, jika mau mengalami akibat nyaman dan baik di masa akan datang, ciptakanlah sebab yang baik saat hidup sekarang. Berpikir, berucap, dan berbuat baik sekarang sehingga menjadi sebab baik bagi masa datang……