Mengapa mesti mengacu pada pendapat masyarakat yang hanya merasa benar sendiri. Pendapat mayoritas belum tentu benar. Besar kemungkinan, pendapat mayoritas adalah suatu kebodohan. Mengapa? Karena saat ini mayoritas tidak cerdas. Semua masih berpijak pada kesadaran lahir. Koq bisa?
Lihat saja di sekitar kita. Apa yang dibangun dan dibesarkan. Rumah? Mobil mewah? Pakaian bagus? Semua darimana? Dari perolehan uang dengan mudah. Banyak orang yang ingain dapat uang secara instan ntuk mengikuti trend mobil bagus, gadget modern, dan pakaian bagus. Semua masih pada kesadaran yang terlihat. Bagaimana mungkin bersandar pada pendapat masyarakat yang masih pada kesadaran fisik? Celaka yang tambah besar yang bakal dialaminya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tuhan Mahabijaksana. Dia lebih tahu kebutuhan kita dari pada pendapat masyarakat yang hanya bisa melihat kulit luar saja. Tuhan tahu bahwa ketika idak lagi diberikan keturunan, besar kemungkinan kita diberika kesempatan untuk menguus diri sendiri. Mengurus yang bukan lagi berbentuk fisik. Jiwa adalah bagian diri yang mesti diurus. Siapa bilang jiwa urusan akherat?
Jiwa yang lahir saat ini ke dunia adalah jiwa yang belum bebas dari penjara pikiran keduniawian. Saat tidak diberi keturunan, kita mesti berpikir lebih jauh. Apakah kita lahir hanya untuk menambah jumlah manusia di bumi yang sudah semakin sekarat? Bukankah dengan menambah jumlah manusia besar kemungkinan bisa lebih memperburuk keadaan?
Saat Tuhan tidak memberikan keturunan, semestinya bersyukur bahwa diberikan kelonggaran untuk berpaling ke arah yang lain, peningkatan evolusi jiwa. Membebaskan sang jiwa yang ada dalam diri dari keterikatan duniawi. Bukan kah ini berkah yang luar biasa?
Bukan kah Dia Yang Maha Tahu? Mengapa masih saja kita tidak bisa bersandar pada ke mahatahuan Nya? Lantas diletakkan dimana keyakinan kita terhadap keagungan Nya?
Jika kita yakin dan percaya pada keagungan Nya, tidak perlu mendengarkan pendapat sekitar kita. Anggap mereka ng berpendapat demikian justru idak memahami kebesaran Nya. Mereka masih dalam pengkodisian yang tiak ,enyadari kematahuan Tuhan. Tanya saja pada mereka, apakah mereka bahagia memiliki anak? Belum tentu juga. Apakah tidak pernah marah atau ngomel saat anaknya bandel? Apalagi jika anak yang dihasilkan jadi anggota geng motor atau narkoba. Masih anggap berkah punya anak?
Apa yang kita terima saat ini, itulah yang disyukuri. Itulah berkah. Kesempatan ini tidak lagi diberi keturunan segra digunakan untuk mengurusi jiwa. Bebaska jiwa dari keterikatan duniawi. Berusahalah memiliki keturunan, tetapi jangan beputus asa jika belum diberi juga. Inilah berkah untuk segera beralih dari kenyamanan duniawi ke kemuliaan jiwa.