Tepat sekali yang dituliskan pada buku ini This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
‘Pada dasarnya dunia ini memang tidak adil. Jadi, jika kita mencari keadilan, sudah pasti kecewa. Lebih baik kita sendiri menjadi adil‘
Apakah yang disebut dengan adil? Pada umumnya setiap orang akan memiliki definisi tentang adil sesuai dengan persepsi masing-masing. Jika kita definisikan adil adalah ketika apel kita atau jeruk milik kita diambil orang lain, maka kita minta ganti barang yang sama. Benarkah adil?
Apel yang diambil dari kita kemudian dimakan oleh orang lain diganti dengan apel. Anggap beratnya sama, tetapi jika kita tidak puas karena kemarahan, kita akan mencari kesalahan untuk melampiaskan kekesalan. Kita akan menanggapi bahwa saya tidak mau diganti apel yang itu, karena warnanya beda. Atau karena rasanya beda dengan apel saya tadi. Dan lain sebagainya. Ini karena kemarahan atau kekecewaan kita karena waktu yang tepat makan apel hilang sebab diambil orang lain. Semuanya karena kepuasan hati.
Demikian juga, apa yang disebut sebagai keadilan jelas tergantung kepuasan perasaan masing-masing. So, jika kita mau mencari keadilan di dunia ini jelas tidak akan diperoleh. Semakin mencari keadilan semakin rasa kecewa besar yang akan muncul. Untuk menjawab itu, kita melihat kalimat terakhir: ‘Lebih baik kita sendiri menjadi adil.’ Implementasinya bagaimana?
Dalam setiap wasiat yang ditinggalkan para suci atau avatar, kemudian dituliskan ulang pada kitab yang kita kenal sekarang bisa dibaca bahwa: ‘Setiap perbuatan dibalas sebagaimana yang pernah dilakukan.’ Atau hukum sebab-akibat. Lantas siapa yang bisa membalas dengan amat tepat? Tiada lain tiada bukan adalah hukum itu sendiri. Bukankah Dia yang menciptakan hukum sebab-akibat? Dia juga Sang Hukum itu sendiri. Hukum sebab-akibat amatlah adil. Baik dibalas baik. Buruk dibalas buruk. Tiada seorangpun bisa melakukannya.
Untuk itu kita harus selalu waspada akan perbuatan kita. Kita menciptakan keadilan dalam diri kita. ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.’ Inilah cara menjadi adil pada diri sendiri.
Kita harus menyadari apa sebab ketidakadilan?
‘Semua ketidak adilan disebabkan oleh persaingan yang berasal dari ketidaktahuan kita akan sifat sejati kita – akan kesatuan kita.‘
Ya, pangkal atau akar masalah penderitaan kita atau kekecewaan akibat tidak terpenuhinya tuntutan keadilan adalah kebodohan kita. Akibat ketidaktahuan sifat sejati diri kita. Kenali diri sendiri. Diri bukanlah badan. Bukanlah pikiran, bukan pula perasaan. Pikiran, tubuh serta perasaan bersifat bagaikan awan di langit, kadang ada sesaat kemudian tiada. Atau bagaikan ombak di lautan. Sesaat ada sesaat kemudian tiada. namun akkibatnya melekat pada perjalanan jiwa. Ada sesuatu yang abadi dibalik semuanya itu. Yang menggerakkan dan menghidupi semua makhluk Yang tiada berubah serta abadi. Sang Maha Jiwa…….yang bersemayam dalam diri semuanya……