Saat langit bersih tiada awan, kita melihatnya bagaikan ruang kosong. Seperti itulah inti dari mind kita.
“Inti mind atau citta konon bagaikan langit — tak ternoda dan tidak terpengaruh oleh awan thought (satuan pikiran), emosi, dan sebagainya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
“Namun, langit di luar tidalah sunyi, sedangkan inti mind, atau tepatnya, bahkan inti dari diri seseorang adalah sunyi, tanpa gangguan apa pun.
“Kemampuan untuk memilah ini — kemampuan untuk mengetahui perbedaan ini dengan penalaran mental/intelektual disebut Tarka.”
(Dvipantara Jnana Sastra by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Begitu luar biasanya leluhur dari Nusantara. Mereka sudah pernah menggapai ketinggian pemahaman tentang jati diri sejati. Sayangnya kita melupakan warisan leluhur yang sangat berharga ini. Bukan suatu hal sulit untuk memahami dan melakoni sehingga mencapai pemahaman ini. Yang diburuhkan hanya sekedar keterbukaan diri. Saat diri terbuka, pengetahuan akan mengalir.
Semua pengetahuan sudah ada di alam ini. Jika mau bukti sangat mudah. Mari kita perhatikan segala pengetahuan yang sudah ada. Sesungguhnya manusia hanyalah menjabarkan atau memaparkan dalam bentuk yang pada akhirnya bisa digunakan oleh banyak orang. Tanpa kemauan atau kesediaan alam untuk memberikan pengetahuan bagi manusia, kita tidak akan bisa medapatkannya.
Singkat kata, manusia hanya merumuskan secara matematika agar dapat dipelajari oleh banyak orang. Suatu contoh menarik adalah Newton. Ia menemukan gaya gravitasi saat sedang duduk di bawah pohon. Seketika itu ia mendapatkan rumusannya. Namun untuk membuktikan rumusan temuannya membutuhkan waktu beberapa tahun. Hal yang sama terjadi pada seorang dari India, Srinivasa Ramanujan. Ia seorang ahli matematika autodidak. Ia bisa menemukan rumusan matematika dengan sendirinya. Ketika ditanyakan oleh Hardy, ahli matematika di University of Cambridge, Ramanujan hanya mengatakan bahwa rumusan tersebut datang begitu saja. Hardy mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya alam mengungkapkan dirinya pada manusia. Baru setelah itu manusia membuatkan rumusan sehingga bisa digunakan untuk kepentingan orang banyak.
Para resi di wilayah Dvipantara juga demikian. Mereka mendapatkan bahwa sesungguhnya manusia berasal dari ketiadaan. Dari sesuatu yang abadi. Karena, hanya ketiadaan itulah yang abadi. Kemudian ada pikiran. Jika kita amati, pikiran-pikiran kita datang dan pergi bagaikan awan. Kesedihan kita, kesenangan kita kekecewaan kita, semuanya hanya datang dan pergi bagaikan awan. Tidak satu pun orang sedih selama hidupnya. Ini juga karena kerja pikiran terjadi oleh synap. Synap terbentuk hanya sementara. Dan synap bisa lepas secara alami saat kita tertidur. Untuk lebih jelasnya silakan baca ini.
Sunya atau kekososongan itulah yang selama ini kita anggap Tuhan. Tidak berawal dan tidak berakhir. Kemudian Dia sendiri uyang menciptakan pikiran, terjadilah kehidupan dan manusia adalah makhluk yang menuju atau sedang bertransformasi menuju asalnya, Kasunyatan……….
9