Saya bingung, mengapa masalah mengucapkan yang bukan diyakininya dilarang. Seakan hanya orang yang mengamut kepercayaan sendiri saja boleh mengatakan di depan umum atau publik.

Setelah saya renungkan lebih dalam, ternyata tampak semakin jelas bahwa sesungguhnya banyak orang ingin selalu ada yang namanya keributan atau kerusuhan. Bagi kelompok ini, keributan adalah energi kehidupan. Ini bukti bahwa sesungguhnya mereka yang menyukai keributan atau konflik adalah yang kekurangan energi. Dengan kata lain, sesungguhnya kebanyakan orang tidak suka dengan yang ‘katanya’ selama ini mereka dambakan: ‘DAMAI’.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Mari kita kita perhatikan sebabnya:

  • Saat ada berita tentang yang damai dan universal, dapat dipastikan tidak laku. Perhatikan layar kaca yang sering menayangkan berita seperti ini, ratingnya rendah alias tidak banyak pemirsanya.
  • Media yang sering memberitakan tentang kerusuhan atau saat seorang pemimpin mengatakan sesuatu dari kalimat dari yang bukan diyakininya, walaupun untuk maksud baik, banyak yang melakukan klaim bahwa itu bukan yang baik.  Seakan yang melakukan komplain sudah bagus perilakunya.
  • Berita selebriti yang penuh gossip paling laku.

Dari sini, saya melakukan penelusuran bahwa hal ini memang sesuai dengan pola pikiran manusia. Dimulai dari diri sendiri. Coba amati, ketika mendengar tentang berita kerusuhan atau keributan dapat dipastikan kita akan senang membahasnya di warung atau kantor ketimbang berita yang mendamaikan. Secara naluri hal ini terjadi. Hal lain lagi, kita lihat fenomena di jalan raya. Seringkali kita merasakan kemacetan saat di jalan bebas hambatan atau jalan biasa. Ternyata ada kecelakaan di jalur yang lain. Walaupun tidak bisa membantu, tetapi kebanyakan dari kita ingin melihat kemudian nanti bercerita setelah tiba di kantor atau di rumah. Kita tidak sadar bahwa akibat keinginan kita menonton kecelakaan lalu litas telah membuat kerugian bagi pengguna jalan lainnya.

Sesuatu yang kadang lepas dari pengamatan kita. Saat kita berinteraksi di media sosial, misalnya FB atau Twitter. Dapat dipastikan kita senang melihat berita hal yang ada unsur keributannya. Bahkan dengan semangat kita memberikan komentar. Perhatikan ketika seseorang mengunggah berita yang sensitif, tentang keyakinan, kita bangga jika berita yang kita unggah menjadi topik bahkan kemudian menciptakan konflik horizontal. Bagi saya orang seperti ini sesungguhnya orang tidak waras. Bukan kah senang melihat sekeliling tidak damai merupakan penyakit mental?

Senang melihat keributan di luar akibat ulah kita adalah cerminan dari dalam diri kita yang resah atau gelisah sehingga kita mengajak sekeliling kita juga. Selain itu, ini cerminan bahwa kita masih belum menyadari keilahian atau minimnya pola pikiran yang bermanfaat bagi orang banyak. Kita masih menggunakan hardware atau perangkat keras otak warisan mamalia. Warisan otak hewani yang suka menggunkan hukum rimba. Bukan mengutamakan kemuliaan Ilahi.

Perjalanan ke dalam diri atau Inner Journey merupakan solusi untuk melakukan transformasi intelektual menjadi intelejensia. Pola pikiran yang bersandarkan kenyamanan indrawi menuju kedamaian diri. Damai diri merupakan awal membentuk masyarakat yang damai. Baru kemudian  Harmoni Global….

Sebagai catatan akhir:

jangan berharap ada perubahan dalam diri bila kita belum ada kesadaran untuk mengubah diri sendiri…

Sama sekali tiada urusan dengan Tuhan Sang maha Pencipta….