‘Tidak ada motivator yang lebih hebat daripada kepuasan batin. Jika Anda sungguh menikmati pekerjaan Anda dan apa yang Anda lakukan, Anda tidak memerlukan motivator atau motivasi luaran.
(This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Untuk melakukan sesuatu kita butuh dorongan. Kebanyakan dorongan berorientasi pada mendapatkan penghasilan atau pun uang. Memang betul uang merupakan energi pokok dalam menggerakkan roda kehidupan, tetapi apakah banyak orang bahagia walaupun uangnya sangat banyak. Banyak orang kaya yang pada akhirnya menemukan kebahagiaan karena berbagi. Sebagai contoh, pendiri FB. Setelah banyak uang, ia berbagi untuk mendirikan pada sesama manusia. Penemu Windows, Bill Gate membagikan sebagian besar uangnya pada yayasan amal kemanusiaan.
Pada awalnya mereka bekerja keras untuk menghasilkan uang banyak. Uang sebagai motivasi dalam pekerjaan. Namun setelah banyak uang, mereka tidak menemukan kepuasan batin atau kebahagiaan. Mereka merasakan sebaliknya. Dengan berbagi uang, mereka merasakan kebahagiaan. Mereka menemukan sisi kemanusiaan dalam dirinya.
Kepuasan batin menjadi daya dorong untuk melakukan pekerjaan. Besar kemungkinan mereka lebih mengembangkan karyanya untuk sesuatu yang mereka anggap bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Dengan cara atau pola pikir ini, mereka tidak membutuhkan lagi motivasi dari luar diri.
Penemuan Kemanusiaan Diri
Motovasi dengan iming-iming hadiah dan ancaman hukuman dimaksudkan bagi mereka yang belum menemukan kemanusiaan diri — bagi mereka yang masih dikendalikan oleh insting-insting hewani.
(This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Kesadaran diri bahwa adanyta sisi kemanusiaan dalam diri amatlah penting sehingga menjadikan kita manusia yang sesungguhnya. Tanpa sadar kita sesungguhnya belum menjelma menjadi manusia seutuhnya. Mengapa???
Karena kita masih dikendalikan oleh insting – insting hewani. Makan, minum, tidur serta seks. 4 Unsur insting hewani ini menjadi manusia jadi-jadian. Tubuhnya sebagai manusia tetapi dalam pikirannya masih dikendalikan oleh kenyamanan indrawi. Boleh saja kita mengatakan untuk membela kepercayaan atau keyakinan kita, tetapi ini terbukti dari perilakunya yang suka berbuat kekerasan terhadap sesamanya.
Perbuatan kekerasan yang ‘tampaknya’ membela keyakinannya, namun perbuatan yang kasar dan suka menyakiti sesamanya atas dasar membela sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibela. Berbagai dalih dikemukakan sesungguhnya masih berada dalam ranah menyamanan indrawi.
Mungkin saja ada yang mengatakan bahwa mereka melakukan demi kepuasan batin yang tidak termasuk dalam ranah insting hewani, tetapi apakah akibat ulah mereka membawa kedamaian atau ketentraman bagi pihak lain? Ataukah pada akhirnya memicu keributan atau pergolakan terhadap lingkungan?
Kepuasan batin beraarti juga tidak menyakiti pihak lain. Jika yang dianggap kepuasan batin, namun menimbulkan pihak lain merasa tersakiti, ini masih dalam ranah insting hewani. Bagaikan hewan yang merasa tidak bersalah ketika ia memakan hewan lainnya. Perbuatannya memang untuk memenuhi kebutuhan perutnya, tetapi ia menyakiti hewan lainnya. Hal ini masih normal atau wajar, karena ia berburu makanan agar tidak mati kelaparan. Perbuatannya memang alami ‘kebutuhan.’
Tetapi alami kah jika menyakiti orang lain demi membela keyakinan atau kepercayaan. Bukan kah keyakinan atau kepercayaan itu untuk menajadikan manusia lebih bisa hidup dengan landasan kemanusiaan? Jika perbuatannya tidak lagi berlandaskan kemanusiaan dari dalam dirinya, ia masih berada dalam ranah budak insting-insting hewani. Ia liar ketika merasa terganggu. Ia reaktif bukan responsif…..