Suka terlebih dahulu muncul, setelah itu baru duka. Suka dan duka adalah emosi perasaan. Perasaan berbeda dengan pikiran.

Pertama sekali kita melihat sesuatu dengan mata. Kemudian, saat itu juga muncul perasaan suka atau tidak suka. Atau bahkan benci. Misalnya, kita melihat seorang wanita. Perasaan kita mengatakan suka karena ia cantik. Kemudian rasa suka ini dilanjutkan dengan penolahan pada pikiran. Siapa namanya, tinggalnya di mana. Atau no telponnya yang ujungnya ingin melanjutkan rasa sukanya.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Rasa suka ini merupakan bibit atau (Citta). Dalam buku Yoga Sutra Patanjali yang dituliskan oleh Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com; ayat 1.2 berbunyi : ‘Yoga-Citta-Vritti-Nirodah‘. Artinya:  “Yoga adalah Pengehentian/Pengendalian Citta Vritti atau perubahan-perubahan, yang terjadi ada benih-benih pikiran dan perasaan.’

Saat perasaan suka muncul kemudian ditindak lanjuti menuntaskan keinginan untuk memenuhi rasa suka. Bila keinginan tidak terpenuhi, maka yang terjadi adalah rasa duka atau kekecewaan. Ke duanya akan menyebabkan penderitaan.

Hal lainnya, saat kita melihat sesuatu atau mendengar lagu yang indah, tentu sesuai selera kita, kita ingin membeli CD lagu tersebut  untuk dinikmati oleh telinga atau pendengaran. Bila keinginan untuk memiliki lagu tudak terpenuhi, kita sedih. Mengapa saya katakan: ‘Sesuai selera kita’? Karena suka terhadap sesuatu sangat relatif.

Yoga adalah laku disiplin untuk mengendalikan benih perasaan agar tidak ditindaklanjuti. begitu muncul rasa suka, seorang yang sudah sering melakoni meditasi atau disiplin Yoga akan melakukan evaluasi. benarkah bila perasaan ini diperturutkan membawa manfaat atau petaka.

Pengalaman saya sendiri. Ketika masih muda, saya juga tidak luput dari ketertarikan terhadap lawan jenis, walaupun sudah menikah. Tetapi, ketika perasaan itu saya renungkan, kemudian berpikir; ‘Bagaimana nanti efeknya? Ketika kemudian disadari bahwa kesenangan indra hanya sesaat, sedangkan efeknya bisa membuat banyak orang menderita. Nah, kemudian perasaan suka ini tidak dilanjutkan dengan tindakan.

On dan off ini bisa terjadi dengan cepat bila kita sering melakukan latihan meditasi atau asana Yoga. Saat kita duduk hening, melakukan perjalanan ke dalam diri, intelejensia kita menuntun atau mengarahkan alur pikiran yang keliru atau tidak pada jalur yang tepat.

Dari pengalaman ini, saya juga baru menyadari bahwa ada satu bagian otak yang senantiasa menuntun agar kita berjalan di atas right track. Inilah bagian yang disebut sebagai ranah intelejensia. Intelejensia memberikan pertimbangan rugi atau manfaat menindaklanjuti perasaan atau emosi. Hanya dalam kehidupan saat inilah, pengembangan ranah intelejensia bisa terwujud.

Pengaruh mata terbuka atau tertutup. Saat mata terbuka terjadi perkembangan pada intelektual. Intelektual senantiasa berat pada kenikmatan indrawi. Tetapi, saat mata tertutup sebagai suatu sinyal bahwa saya tidak mau bergantung pada dunia luar. Niat untuk berjumpa dengan Dia Yang Maha Kasih ditunjukkan dengan menutup mata.

Ketika kita mengakses ke dalam diri, artinya kita sadar bahwa Dia bukan di luar, tetapi di dalam, maka petunjuk untuk tetap on the right track pun terjadi.

Pendek kata, waspadai perasaan atau emosi kita sendiri. Bibit emosi hanya ada dua: ‘Rasa suka’ dan rasa duka. Baru dilanjutkan dengan pikiran…