Ekspresi alam, petunjuk perubahan.

Jika kita mau mengamati dengan teliti, banyak ekspresi alam di sekitar kita yang menarik. Alam sering kali menunjukkan diri agar kita mau belajar. Dengan cara ini, kita semakin sadar bahwa sesungguhnya alam selalu berbicara pada kita. Sayangnya, karena ketidakmauan kita untuk berkembanglah yang membuat kita stagnan alias mandeg. Di alam benda ini yang abai adalah perubahan. Namun, hanya pikiran manusia lah yang sesungguhnya tidak mau berubah. Inilah sebabnya kita mengalami penderitaan.

Sebagai contoh. Kita selalu saja sedih atau marah atau kecewa. Pengalaman tidak tercapainya keinginan adalah peristiwa masa lalu. Kita kecewa karena keinginan tidak terpenuhi. Kita tidak sadar bahwa saat kita kecewa sesungguhnya kita tidak bergerak dari pemikiran masa lalu. Mau bukti?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sekarang kita punya keinginan benda A. Saat saya mengatakan sekarang pun sesungguhnya sepersekian detik sudah terlewatkan. Artinya ada perubahan. Artinya keinginan terhadap benda A terjadi pada waktu yang lewat. Bila keinginan kita untuk mendapatkan benda A tersebut tetap ada, berarti pikiran kita terpancang pada masa lalu. Karena keinginan memiliki benda A sesungguhnya sudah lewat. Inilah yang saya maksudkan bahwa kita belum berajak pada keinginan yang sudah lalu. Kondisi tidak mau move on atau beranjak dari masa lalu adalah penderitaan. Kita tidak selaras dengan pergerakan alam.

Jika kita mau menyadari hal tersebut, besar kemungkinan kita akan berpikir ulang: ‘Benarkah benda A merupakan suatu kebutuhan atau sekedar keinginan yang disebabkan oleh tawaran murah? Bukankah keinginan sesaat hanya bentuk dari emosi?

‘ Tanpa sadar kita tidak lagi punya privasi lagi’. Di hape kita terkirimkan tawaran murah merk hape tertentu. Karena dianggap murah, walaupun tidak butuh, kita langsung pesan. Hal seperti ini membuktikan bahwa kita masih diperbudak lingkungan. Sedangkan hape kita masih bisa memenuhi kebutuhan kita. Bila saja kita mau lihat ekspresi alam seperti daun yang segar kemudian berubah menguning bisa membuat kita berpikir ulang agar move on.

Sebaliknya…

Kita semua telah mengenal komputer; hardware sebagai perangkat untuk proses atau untuk eksekusi. Software adalah perangkat lunak. Bila kita mau mengamati serta merenungkan, brain atau otak kita adalah perangkat keras atau hardware, sedangkan gugusan pikiran serta perasaan sama fungsinya sebagai software atau perangkat lunak.

Segala data di luar diri kita sebagai input. Otak sebagai perangkat keras dibutuhkan untuk mengolah data sehingga terwujud dalam bentuk tindakan. Inilah output.

Suatu ketika, software semakin maju. Sedangkan perangkat keras atau hardware tidak lagi kompatibel untuk melakukan prosesing mind atau gugusan pikiran serta perasaan. Apa boleh buat, hardware harus di update. Tubuh harus mengalami kematian demi penciptaan hardware yang lebih canggih.

Industri komputer pun demikian. Hardware harus terus ditingkatkan sebagaimana software semakin maju perubahannya.

Komputer diciptakan oleh otak. Dengan kata lain, sesungguhnya alam membuat tiruannya sendiri agar manusia dapat memahami kerja otak serta pikiran. Dengan cara ini, kita bisa memahami kerja sistem kerja otak sehingga kita semakin menyadari ‘Mengapa kematian mesti terjadi?’

Dengan hilangnya otak lama sebagai perangkat keras, pikiran baru yang lebih terbuka membutuhkan perangkat atau otak baru yang lebih kompatibel. Saya membayangkan bila tidak ada komputer.Bagaimana otak menceritakan cara kerja dirinya sendiri agar manusia paham atau mengerti. Betapa beruntungnya kita yang hidup di era komputer saat ini. Selain itu juga amat sangat beruntung bila kita mengerti tujuan utama kelahiran; Mengembangkan neocortex demi kemanuasiaan itu sendiri.