Guru Sejati
Tidak disangkal akan banyak orang membantah statement ini. Namun demikian, mari kita renungkan bersama korelasi Guru Sejati dengan Kebahagiaan…..
Seorang Guru Sejati akan selalu menuntun kita kepada Guru yang ada dalam diri. Yang menarik adalah bahwa ketika seseorang telah menemukan Guru yang ada di dalam dirinya akan lebih memilih untuk memiliki Guru yang di luar durinya. Baginya, Guru Sejati yang di luar diri adalah Sejatinya Guru. Bagi seorang yang memahami hal ini, ia akan memahami bahwa Guru yang di luar diri akan memberikan peluang baginya untuk memangkas ego.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ia sadar bahwa mind itulah ego. Hilangnya mind akan menciptakan kebahagiaan sejati. Seseorang yang sangat mengedepankan mind atau ego akan menjadi sangat menderita. Tujuan utama meditasi adalah memenggal ego atau mind. Mind adalah gugusan pikiran serta perasaan. Segala sesuatu penderitaan disebabkan oleh adanyan penguatan mind atau ego. Dalam hal ini mind belum bertransformasi menjadi intelejensia.
Intelektual adalah bentuk nyata dari mind yang senantiasa berhitung akan untung rugi. Bahkan kadang intelektual sangat licik sehingga bisa mengelabui seakan kebahagiaan adalah terpenuhinya keinginan. Tanpa sadar bahwa terpenuhiny satu keinginan akan menciptakan keinginan lain lagi. Demikian seterusnya sehingga tanpa sadar kita diperbudak keinginan. Tentu yang berkaitan dengan panca indra. Dengan kata lain, kita di bawah perbudakan nafsu.
Terjadinya Kebahagiaan
Kebahagiaan sejati adalah suatu kejadiaan atau keadaan. Hal ini bisa terjadi bila seseorang terbebaskan dari keinginan, bukan terbebaskan dari kebutuhan. Untuk memilah antara kebutuhan dan keinginan dibutuhkan intelejensia. Untuk itu, intelektual harus bertransformasi menjadi intelejensia. Dalam hal ini boleh dikatakan bahwa mindfulness amat sangat tidak dibutuhkan. Mindfulness harus dilampaui, baru kebahagiaan sejati terwujud.
Mindfulness berarti sepenuhnya kita bersandar pada kekuatan mind atau pikiran. Tepat sekali bahwa mind atau pikiran sangat powerful. Tidak disangkal dan saya amat sangat setuju. Tetapi, akankah kita bisa bahagia bila kita bergantung atau bersandar sepenuhnya pada pikiran atau mind? Sama sekali tidak…
Banyak orang menderita ketika mengandalkan pada kekuatan pikiran. Egonya semakin kuat. Ia akan terus kehausan sebagaimana seseorang minum air laut. Tampaknya untuk memenuhi rasa hausnya, ia bisa minum air laut. Tetapi sesaat kemudian, rasa haus tersebut akan timbul. Demikian seterusnya. Sekali saja kita memenuhi keinginan pikiran atau mind, ia akan terus menuntut. Pada akhirnya kita diperbudak pikiran atau ego. Kita amat sangat menderita.
Untuk lengkapnya dan memahami lebih detai, mari kita simak dan renungkan video di bawah ini: