Ciri Masyarakat sakit

Secara Fisik

Sangat mudah untuk menengarai kondisi masyarakat sakit. Bukan sakit secara fisik, tetapi sakit mental. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa banyaknya orang sakit secara fisik menjadi indikasi bahwa sesungguhnya masyarakat tersebut juga memiliki penyakit pada lapisan mental.

Mari kita perhatikan keadaan rumah sakit. Kita punya teman atau saudara yang sakit. Kemudian karena membutuhkan perawatan di kamar ICU, ia harus mencari. Ternyata sangat sulit mencari kamar ICU bagi masyarakat yang hanya memiliki dana terbatas. Karena mereka menggunakan fislitas BPJS. Dari sini terbukti bahwa ternyata yang sakit kebanyakan dari golongan menengah ke bawah.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Untuk rawat inap juga demikian. Pengobatan gratis dari pemerintah mendorong banyak masyarakat bergantung pada obat. Sangat sederhana pola pikirnya; ‘Gratis saja berobat…’ Hal ini sesungguhnya karena belum ada kesadaran adari masyarakat bahwa ada korelasi sangat erat antara sakit secara fisik dan mental.

Ketika pikiran atau mental sakit, secara otomatis pikiran gelisah. Kegelisahan pikiran membuat kinerja organ tubuh tidak normal.

Secara Mental/pikiran

Kita yang sering menggunakan media sosial atau medsos dengan mudah bisa melihat bagaimana kondisi mental masyarakat kita. Apalagi saat pemilihan pemimpin, baik daerah atau negara. Kita juga bisa memperhatikan bahwa pengaruh pikiran yang mengajak untuk menuju keburukan lebih cepat tersebar.

Yang lucu adalah berita tentang ini. Ia menuliskan sesuatu yang baik untuk menuju masyarakat yang damai. Tetapi bukannya mendapatkan dukungan, ancaman yang didapatkan. Inilah penyakit mental kita. Menuliskan berita untuk mengajak kebaikan mendapatkan ancaman dari kelompok yang merasa tersinggung. Jika merasa bahwa tujuannya untuk kebaikan, jelas tidak akan tersinggung.

Melakukan kritikan terhadap sesuatu juga mendapatkan ancaman. Menuliskan kata hati yang berupa kritik untuk menuju kebaikan menjadi viral. Atau sengaja di ‘viral’ kan agar banyak orang gerah. Ternyata begitu. Namun bukan pujian, tetapi ancaman.

Ancaman hanya bisa muncul ketika kita kekurangan energi atau memang sakit. Yang berat adalah bahwa kita sakit mental, tetapi tidak sadar bahwa perilaku kita menunjukkan atau membuktikan hal tersebut. Kekurangan energi terjadi karena kita kurang atau bahkan belum bisa mengakses sumber kebenaran sejati dalam diri.

Penyebabnya

Penyebab masyarakat sakit adalah kurangnya kita menelusuri kesejatian diri kita. Kita masih begitu terpengaruh oleh lapisan fisik. Kita masih menganggap bahwa kita paling benar. Pemikiran bahwa ajaran yang kitan percayai dan yakini adalah paling benar merupakan penyakit kronis. Karena kita melihat dengan kaca mata kuda. Satu sisi kebenaran.

Kita lupa bahwa kebenaran yang ada dalam pikiran setiap orang berbeda. Setiap orang memiliki cara pandang atau persepsi yang unik. Tubuh boleh ada kesamaan. Mata orang satu dengan lainnya memiliki bentuk yang sama. Anggota tubuh juga tipenya sama. Tetapi persepsi pandangan atau pikiran? Sama sekali berbeda dari setiap orang.

Keterbukaan pandangan untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki cara pandang yang unik inilah penyebab utama akar sakit mental. Kita masih saja nyaman berada dalam kotak sesuai dengan kebenaran golongan atau kelompok kita. Kita lupa bahwa kebanaran yang kita anggap benar belum berlandaskan kebenaran selaras dengan sifat alam. Kita belum mau mengakui adanya suatu The Golden Rule  ( Perlakukan orang atau sesama makhluk sebagaimana dirimu ingin diperlakukan) yang jika diterapkan oleh setiap orang membuat dunia menjadi surga bagi semua insan.