Celestial BeingĀ
Suatu pagi, saya membaca pemberitahuan tentang workshop dengan tema: Bagaimana me-transformasi diri menjadi Celestial being, makhluk surgawi. Suatu pengumuman workshop yang lucu. Tetapi memang ini merupakan yang disukai orang banyak. Mau jadi makhluk surgawi yang bagaimana lagi. Yang butuh ditransformasi sesungguhnya adalah cara pandang.
Ya, selama ini kita memiliki pemahaman cara pandang yang merendahkan diri sendiri. Bagaimana tidak? Kita selalu menganggap bahwa kita bukan makhluk surgawi. Katakan saja sebagai makhluk surgawi. Namun bukankah kita sudah di surga? Ingin surg yang seperti apa lagi? Bila surga yang kita inginkan masih bisa kita bayangkan, berarti masih ciptaan pikiran kita juga.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Bila kita mau mengamati dan mengikuti pemandu/panutan spirirual kita, kita akan semakin menyadari sesungguhnya kita itu siapa. Yang jadi masalah ketika kita tidak mengikuti petunjuk pemandu rohani kita. Kondisi pikiran kita diperparah dengan adanya pengaruh lingkungan. Kondisioning kita yang beranggapan bahwa tanpa pemandu bisa berjalan ini merupakan penyakit.
Tumor Otak
Ya, kita semua mengalami penyakit tumor pada otak kita. Bagaimana mungkin? Ya, pastilah. Bila tidak kita tidak bakalan lahir di bumi. Tumor keterikatan terhadap benda dunia mengakibatkan kita lahir lagi. Hanya segelintir orang yang lahir ke dunia ini atas keinginan sendiri untuk berbagai. Pada umumnya, banyak orang lahir dengan penyakit tumor keterikatan terhadap bendawi.
Hal ini disebabkan kita terlalu menganggap bahwa kita tidak menyadari tujuan kelahiran atau tujuan keberadaan kita di bumi. Kita selama di bumi berhubungan dengan dunia. Benda di dunia ini semuanya diciptakan oleh kita. Tetapi tanpa sadar kita menjadi abdi atau pelayan dari benda ciptaan kita sendiri.
Dan semua cerita ini merupakan pengulangan dari yang sudah ada. Tiada yang baru di muka bumi ini. ‘Nothing is new under the sun‘. Ini kata nabi Suleman. Memang betul banget. Penyakit kita adalah suka mengulangi. Karena kita memang pelupa atau pemalas.
Efek Lupa
Efel lupa dari tumor otak ini yang membuat kita masih saja ingin menjadi makhluk surgawi. Surga mana lagi yang diinginkan? Keinginan untuk mendapatkan hidup surga berasal dari ketidaktahuan akan diri kita. Tanpa sadar keinginan itulah sesungguhnya sumber penderitaan.
Tidak mau menerima keadaan kita saat ini menjadi sumber penderitaan. Jadi keinginan untuk menjadi makhluk surgawi disebabkan karena rasa tidak puasnya kita terhadap keadaan saat ini. Anggapan bahwa kita menderita di dunia ini merupakan faktor pendorong kita untuk menjadi makhluk surgawi atau ‘Celestial Being‘
Padahal bila kita mau menyadari bahwa sesungguhnya kita sudah berada di surga, kita tidak akan mudah tertipu dengan sesuatu yang diciptakan oleh masyarakat. Pola pandang kita yang harus diubah. Perspektif pandangan bahwa setelah kematian ada dunia lain sebagai penyebab utama kita berpengharapan akan hidup bahagia setelah matinya tubuh kita saat ini.