Kendalikan Pikiran

Inilah cara menciptakan surga di bumi. Ya, kendalikan pikiran satu-satunya cara membuat tempat yang aman dan damai. Semua keributan serta keresahan di bumi disebabkan oleh pikiran. Namun tidak semudah yang diucapkan untuk mengendalikan pikiran. Hal ini telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Mari kita simak petikan dari buku Kebijakan Bhagavad Gita Bagi Generasi Y oleh Svami Anand Krishna, www:booksindonesia.com:

Arjuna bertanya:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

“Krishna pikiran sungguh tidal stabil, selalu bergejolak, liar, dan sangat kuat sehingga sulit ditaklukkan, dikendalikan-sesulit mengendalikan arus angin” (6:34)

Demikian sifat pikiran. Selalu bergerak sangat cepat. bagaikan sifat awan, sesaat ada sesaat kemudian tiada. Sama sulitnya dengan mengendalikan arus angin. Dalam falsafah pewayangan dalam tradisi Jawa dikenal istilah Kayu Gung Susuhing Angin. Falsafah ini menjabarkan yang disampaikan oleh Bhagavan Shri Krishna:

“Arjuna, niscaya pikiran memang liar-pun sulit ditaklukkan. Namun, ia dapat dikendalikan dengan upaya tanga henti, dan dengan mengembangkan ketidakterikatan (pada segala pemicu di luar yang menambah keliharannya), demikian, wahai Arjuna.” (6:35)

Indrawi

Adanya rekaman kenyamanan panca indra yang tersimpan dalam memori merupakan daya dorong  pencipta terjadinya kegaduhan. Adanya sifat emosi kemudian diolah di bagian otak. Otak yang masih dikuasai intelektual. Otak berkesadaran intelektual senantiasa memiliki sifat yang mengarah pada pemenuhan tuntutan kenyamanan indrawi. Dengan kata lain hanya untuk keuntungan golongan atau kelompoknya. Inilah sifat ego.

Kita semua tahu bahwa hewan pun memiliki sifat demikian. Sekedar memperturutkan kenyamanan indrawi. Inilah insting dasar hewan. So, bila kita mau membuka diri dan mengaku secara jujur, kita semua merupakan segerombolan hewan yang masih pada tataran kesadaran intelektual. Boleh saja pintar menghitung berdasarkan pengetahuan dari segala macam buku. Tetapi kita mesti berjujur diri bahwa pengetahuan hasil dari buku yang pada umumnya masih dituliskan atas landasan intelektual.

Tujuan Hidup

Sebagaimana diuraikan di atas, cara untuk mewujudkan dunia damai dan indah adalah dengan kendalikan pikiran. Makna dari pengendalian pikiran sesungguhnya mewujudkan terjadinya transformasi dari intelektual menjadi intelejensia atau Buddhi. Inilah tujuan utama kelahiran manusia di muka bumi. Transformasi pikiran. Dari hewaniah menuju kemanusiaan yang sesungguhnya sudah ada dalam diri kita. Tidak perlu mencari di luar diri.

Buddhi adalah sifat pikiran alam semesta. Terwujudnya kemanusiaan dalam diri adalah puncak tujuan hidup manusia. Bila kita bisa melakoni dalam seluruh kehidupan kita hingga tarikan napas terakhir, maka kita lulus dari ujian kehidupan di bumi.

Sebagai penutup. Dapat dipastikan ada yang berkata: ‘Mengapa yang dibahas ini dan ini juga?’ Ya, semuanya tanya pengulangan. Tiada yang baru di muka bumi.