Potensi Manusia

Potensi manusia hanya satu. Potensi keilahian dalam diri manusia satu dan sama: ‘Menjadi Tuhan’. Bukan mencari Tuhan. Selama ini pemahaman kita semua mengalami kesalahan total. Kita selalu berupaya mencari Tuhan. Kita lupa pesan dari salah satu kitab suci peninggalan seorang avatar: ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu.’ Dengan kata lain bahwa tiada keterpisahan antara yang disembah dan penyembah.

Mengapa kita mesti mencari Tuhan di luar diri? Karena ketakutan. Takut akan resiko atau konsekuensi yang harus ditanggung.  Bisa dibayangkan bila kita semua menyadari bahwa dalam diri kita bersanggisana Dia Hyang Maha Hidup. Setiap orang dari diri kita akan menghormati atau mengasihi serta menyayangi semua makhluk. Dan alam sekitar kita akan hidup dalam ketentraman serta kedamaian.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dalam video di bawah ini, kita akan lebih memahami arti setiap kata yang sesungguhnya bertujuan agar setiap dari kita menyadari kesejatian diri. Bukan diri bentukan dari masyarakat.

Salam yang Indah

Pesan para suci satu dan sama; jadilah Tuhan. Menjadi Tuhan bukan berarti menjadi penguasa atau pencipta alam sebagaimana yang kita kenal selama ini. Selama ini, kita dijejali dengan pemahaman yang tidak tepat; Tuhan jauh di sana. Kita anggap Tuhan duduk di singgasana. Pemahaman ini membuat kita sering mengatasnamakan Tuhan untuk menghakimi orang lain. Padahal tidak satupun bukti bahwa Tuhan memberikan kuasa pada kita untuk menghakimi orang lain.

Bila kita mau merenungkan lebih dalam, dalam diri kitalah Dia bisa dijumpai. Dia tidak akan kita jumpai di luar diri. Dengan melakukan perjalanan ke dalam diri, kita bisa bertemu dengan Dia. Keterbukaan diri untuk membuka diri terhadap pesan para suci sejak dari dulu sampai sekarang adalah satu dan sama; ‘Sadari Dia yang ada dalam diri setiap orang.’

Bila Tuhan tidak terpisah dari dirimu, maka tentu dalam diri orang lain pun demikian juga. Oleh karena itu dalam tradisi Sindhu disebutkan salam: ‘Namaste’; ‘Aku bersembah kepada Dia yang ada dalam dirimu’

Pengakuan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap sesama manusia. Sungguh indah salam ini