Kesadaran Tubuh 

Kesadaran tubuh terjadi ketika kita masih berbadan. Akibat adanya kesadaran tubuh, kita terikat pada benda-benda duniawi. Semua benda terjadi karena pikiran manusia. Dan di atas segalanya, baik pikiran maupun tubuh adalah getaran atau frekuensi. Bila getaran rendah, maka frekvens pun rendah.

Kita bisa melihat bentuk kipas dengan jelas bila ripas berhenti berputar. Saat berputar dengan cepat, mata kita tidak mampu mengenali bentuk asli daripada kipas. Mata kita bisa melihat hanta pada frekuensi getaran tertentu. Karena pikiran kita masih pada benda kasar, maka kita bisa melihat benda-benda kasar.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dengan kata lain, frekuensi pikiran kita masih dipengaruhi frekuensi benda kasar yang bisa kita lihat secara kasat. Dan keyekinan/keperyaan kita pada benda kasar membuat pikiran kita meyakini bahwa tubuh tidak bisa menembus benda padat.

Kesadaran Tubuh lenyap

Kapan hal itu terjadi? Ketika tubuh kita sudah hilang prananya alias mati. Atau bisa terjadi ketika seseorang diberikan anestesi, penghilang rasa sakit ketika seseorang akan dioperasi. Karena seseorang tidak lagi bisa merasakan tubuh ketika dioperasi, maka hilang juga saat itu kesadaran akan tubuhnya. Dan saat itu, ia merasa di dunia lain. Dari beberapa pengalaman mereka yang dibius total merasakan sedang memasuki suatu lorong penuh cahaya.

Silakan simak video di bawah ini:

Si roh yang terdiri dari pikiran serta perasaan, lihat keterangan secara lengkap tentang roh di sini, tidak lagi memiliki kesadaran tentang tubuhnya. Tampaknya, saat itu frekuensi ‘kebendaan’ dalam diri si roh hilang juga. Akibatnya, si roh yang kehilangan frekuensi kepadatan benda kehilangan getran yang sama. (Maaf, sulit saya menjelaskan dengan tulisan).

Dan yang terjadi adalah si roh atau si astral body bisa menembus benda padat. Ini terjadi, menurut asumsi saya, karena dalam diri si roh tidak ada kandungan frekuensi getaran kasar. So, tanga ragu si roh melewati benda kasar. Asumsi saya, si roh tidak lagi memiliki keyakinan/kepercayaan terhadap benda kasar. Selama ini, selagi ada tubuh kasar, dalam diri pikiran kita ada suatu keyakinan bahwa kita tidak bisa melewati benda kasar.

Kekuatan pikiran untuk bisa menghilangkan frekuensi yang sama dengan benda kasar ini bisa diasah. Dan bila kita mampu, maka tubuh kita akan bisa menembus benda kasar.

Pengalaman Hilang

Ada atau bahkan sering seseorang saat duduk bermeditasi merasakan hilang. Ia merasa hanya sendiri tidak ada sesuatu yang lain. Semuanya kosong. Pengalaman ini terjadi ketika kesadaran tubuh hilang. Tidak perlu merasa hebat karena mengalami perasaan seperti ini.

Ketika masih bisa bercerita berarti ia masih ada. Bila benar-benar menyatu dengan alam semesta, ia tidak lagi bisa bercerita. Karena saat masih bisa mengatakan ‘Aku bisa merasakan……’ Dalam kalimat tersebut masih ada kata ‘Aku ‘ Inilah ego. Seorang avatar seperti Buddha Gautama tidak bisa menceritakan pengalamannya saat merasakan kemanunggalan dengan alam semesta. Bagaikan seseorang yang bisu diminta untuk menceritakan rasa manisnya gula….

Bila kita mau merenungkan, sesungguhnya setiap orang memiliki getaran yang berbeda. Kita bisa bergaul dengan seseorang karena kita menyamakan tingkat frekuensi dengan orang tersebut. Ini juga yang membuat seseorang terpengaruh atau lebih tepatnya terikat pada benda dunia. Ia maschi suka menyelaraskan frekuensi getaran pikiran dengan benda.

Namun bila kita berbeda frekuensi, kita tidak akan nyaman bergaul dengan orang. Seseorang pelaku spiritual tentu berbeda frekuensi dengan mereka yang masih suka pergi ke tempat keramaian untuk berburu kenyamanan indrawi. Mereka beda frekuensi berpikirnya.

Semuanya hanya renungan saya pribadi. Bila anda tidak percaya, silakan lanjutkan perjalanan anda. Dan lupakan renungan saya ini.