Hamba Tuhan

Adalah suatu penghinaan bagi Tuhan bila menyebut diri kita sebagai hamba Tuhan. Ataupun hamba Allah. Tanpa kita sadari sesungguhnya kita sedang membuat jarak antara hamba dan tuan. Kita lupa bahwa dalam kitab peninggalan para suci atau para avatar disebutkan bahía: ‘Tuhan lebih dekat dari urat leher’. Tentu secara fisik. Bukankah urat leher juga berarti mengacu pada pengertian secara fisik?

Ketika kita memberikan donasi sering kita menyebutkan dari hamba Allah. Dengan kata lain sesungguhnya kita anggap Tuhan itu jauh dari tubuh kita. Padahal, kita tidak mungkin bisa hidup terpisah dari Dia yang Maha Hidup. Tidak ada kehidupan di luar Dia. Inilah arogansi tanpa sadar…

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sumber Kekacauan

Kesombongan tanpa sadar ini sebagai sumber kekacauan dunia. Kekacauan di sekitar kita terjadi karena merasa lebih baik atau unggul dari lainnya. Merasa bahwa keyakinanku lebih baik, keyakinanku menyembah Tuhan yang satu adanya dan perasaan bahwa cara atau ritual berdoaku paling afdol membuat diri paling hebat sehingga keyakinan lain harus dihapuskan dari muka bumi. Ini terjadi karena rasa bahwa diri kita terpisah dari Tuhan.

Bagi para suci yang mengalami Tuhan akan menyadari bah dirinya sebagai Tuhan. Dengan kesadaran ini, ia kemudian mengakui bahwa Tuhan juga ada dalam setiap manusia. Dengan pemahaman ini, para suci atau para bijak memperlakukan sesama sebagaimana dirinya ingin diperlakukan.

Tiada hamba tiada tuan/Tuhan

Dengan menyadari bahwa dirinya adalah Tuhan, maka seseorang akan melihat bah Tuhan ada di Barat, timur, dan di mana-mana, termasuk dalam diri sesama manusia. Pengakuan ini membuat seseorang mengasihi sesama makhluk hidup, karena bila Tuhan ada dalam dirinya, maka tentulah Dia juga ada dalam diri sesama makhluk hidup.

Tidak adanya jarak antara manusia dan Tuhan membuat seseorang memiliki tujuan untuk melayani Tuhan. Pelayanan terhadap sesama manusia berarti juga melayani Tuhan. Ini juga yang terkandung dalam setiap pesan para suci: ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.’

Saintis amat sangat kondang Albert Einstein pun pada akhir hayatnya mengatakan bahwa: ‘Kita dipersatukan oleh medan Energi yang satu dan sama.’