Pikiran positip
Pikiran positip berarti meniadakan hal yang negatip. Padahal di dunia nyata atau riil ini merupakan dunia dualitas. Ada positip dan ada negatip. Seseorang tidak akan merasa senang bila sebelumnya tidak merasakan sedih atau susah. Seseorang tidak bisa merasa bersyukur bila belum merasakan penderitaan ketika sedang mengalami sakit. Senang, sedih, sakit, sehat dan lainnya merupakan saudara kembar yang tidak terpisahkan; Demikian juga positip dan negatip.
Sifat dualitas adalah sifat yang membentuk dunia ini. So, bila ada seorangpun yang menafikan adanya negativitas berarti ia hidup dalam alam ilusi atau maya. Ia hidup dalam dunianya sendiri. Inilah yang saya maksudkan bahwa bila seseorang berpikiran positip, ia hidup di alam maya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Sikap Positip
Sikap positip merupakan sikap yang menerima dunia nyata ini sebagai alam dualitas. Setangkai bunga mawar bisa diterima sebagai bunga yang indah bila ada bunga sebagai hal yang menyenangkan/indah, hal yang positip, dan juga keberadaan duri, katakanlah hal yang negatip. Oleh karenanya bunga tersebut disebut sebagai bunga mawar. Inilah keutuhan dunia benda.
So, mereka yang bisa me-implentasikan sikap positip dalam kehidupan ini membuktikan bahwa ia hidup di alam nata atau riil. Dunia ini memiliki sifat dasar yang tetap menjaga dunia tetap eksis; dualitas. Agar kita bisa hidup dengan nyaman dan senang, maka kita harus hidup dengan sikap positip. Terima positif sebagaimana kita menerima negatif. Saat kita sedang senang, tidak perlu berlebihan. Sebaliknya, saat kita sedang dalam penderitaan, tidak pula perlu dianggap sangat serius seakan hanya kita sendiri yang menderita.
Melampaui penderitaan
Pertanyaannya: ‘Mungkinkah kita melampaui penderitaan?’
Sangat mungkin. Itu jawabannya. Caranya? Lampauilah kesadaran fisik.
Ya, hanya dengan melampaui kesadaran fisik kita bisa keluar dari alam penderitaan. Penderitaan terjadi ketika kita terikat pada dunia benda, termasuk keluarga dan kerabatnya. Keterikatan ini hanya bisa terjadi pada benda materi. Benda fisik. Bila kita ingin mengatasi penderitaan, lepaskanlah keterikatan pada alam kebendaan. Dunia fisik adalah dunia emosi serta pikiran. Kita merasakan penderitaan ketika emosi terlibat.
Pikiran tidak pernah menderita, tetapi ketika pikiran yang selalu berhitung untung-rugi ditarik ke alam emosi, maka penderitaan terjadi. Permainan emosi terjadi ketika pikiran intelektual mengambil peran. Melampaui dunia fisik berarti melampaui dunia pikiran intelektual. Di sinilah sumber penderitaan. Dengan kata lain, kita harus memasuki ranah intelejensia untuk melampaui penderitaan.