Indikator Pemaafan
Selama ini kita berpikir bahwa indikator pemaafan terjadi ketika orang yang kita sakiti mengatakan bahwa ia telah memaafkan. Bahkan kita menganggap bahwa Tuhan atau Keberadaan dengan mudah memberikan maaf. Namun sesungguhnya kita belum memahami indikator atau tanda-tanda bahwa Dia telah memaafkan perbuatan buruk kita.
Dalam buku Kearifan Mistisisme by Anand Krishna dituliskan sebagai berikut:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pertanda ‘datang’-nya pemaafan dari Keberadaan adalah ketika muncul keberanian sekaligus kerendahan hati di dalam diri kita untuk meminta maaf kepada yang pernah kita jahati atau zalimi’
Keberanian dan Kerendahan hati
Untuk mendatangi orang atau pihak yang kita jahati atau zalimi butuh keberanian besar. Mengaku bahwa kita telah melakukan perbuatan yang kuren baik buut kerendahan hati. Hati kita bisa rendah bila kita sadar dan mau membuka diri bahwa dalam diri orang lain juga eksis dzat yang sama dengan yang ada dalam diri kita.
Melayani adalah kata kunci. Itulah sifat alam. Keberadaan tumbuhan serta semuanya yang ada di alam ini diciptakan untuk melayani; termasuk manusia. Sifat melayani muncul atau terjadi bila ada keterbukaan diri. Terbuka berarti siap menerima segala akibat perbuatan kita. Kesadaran bahwa alam ini eksis karena adanya hukum sebab akibat. Dan keberadaan kita sebagai bagian dari alam tidak lepas dari hukum ini.
Keberanian bukan ditunjukkan dengan cara seakan kita jagoan. keberanian seperti ini semakin majauhkan diri dari kesejatian diri. Keberanian sejati berarti mengakui segala perbuatan kita, pikiran, ucapan serta perbuatan. Datang untuk meminta maaf muncul bila dalam diri ada kerendahan hati untuk mengakui kesalahan. Inilah beda keberanian dari seorang yang dengan garang meneriakkan nama Nya hanya untuk menunjukkan arogansi dirinya.
Kehadiran Nya
Berani mengakui kekhilafan diri dan dental rendah hati datang untuk meminta maaf sebagai bukti bahwa Dia nadir dalam diri kita. KehadiranNya sebagai bukti indikator pemaafan.
Dia tidak akan hadir dalam diri seseorang yang tertutup. Ketertutupan inilah hijab yang membuat hubungan kita dengan Ilahi terputuskan. So, Dia tidak pernah tidak ada dalam diri kita. Kitalah yang memutuskan hubungan dengan Dia dengan cara memperturutkan arogansi diri. Kita lupa bahwa hidup adalah menghidupi; Urip iku Urup.