Membumi

Selama ini kita tidak hidup membumi. Sejak kecil oleh orang sekitar kita, terutama orangtua, cara hidup kita tidak membumi. Seakan kita digiring hidup di langit. Dengan kata lain, kita hidup di alam maya atau awang-awang. Baik dari cara berdoa maupun menganut keyakinan atau kepercayaan. Saat kita didorong untuk berdoa pun kita sudah diarahkan bermohon pada suatu yang abstrak.

Membumi berarti hidup dalam kenyataan. Dalam berdoa, kita anggap bahwa hanya dengan meminta akan mendapatkan segala permintaan. Demikian juga dalam memilih pendidikan bagi anak, kita memilih suatu sekolah sesuai dengan keinginan kita sebagai orangtua. Kita lupa bahwa setiap anak memiliki potensi sendiri sebagai dharmanya di atas bumi.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Membumi berarti juga bahwa bila kita tidak mau disakiti, janganlah menyakiti orang lain. Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan. Inilah hukum dasar bumi.

Berdoa

Berdoa berarti bekerja yang selaras dengan dharma. Dharma berarti perbuatan baik yang tujuan utamanya untuk kebaikan banyak manusia atau kebaikan umum. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sadar bahwa pikiran, ucapan serta perbuatan selalu diwaspadai demi kebaikan sesama mahluk hidup.

Dengan bersembahyang dengan rutin pada saat-saat tertentu di suatu tempat yang kita bangun, kita merasa sudah mengikuti perintah Hyang Widi. Kita hidup di alam langit  karena kita berasumsi bahwa bila sudah melakukan segala ritual yang diperintahkan sesuai keyakinan atau kepercayaan pasti baik. Asumsi seakan segala ritual membawa kebaikan bagi sesama membuat kita hidup dalam dunia langit. Mau bukti? Silahkan amat sekitar kita….

Pemberhalaan

Dengan asumsi bahwa kita menyembah Tuhan yang tunggal, kita bisa dengan bebas mengatakan bahwa orang selain yang satu aliran adalah penyembah berhala.

Kita lupa bahwa yang disebut penyembah berhala adalah bila kita dengan senang mengorbankan sesuatu demi kepuasan diri. Tanpa sadar ketika kita menuduh orang lain sebagai penyembah berhala sesungguhnya kita sedang memuaskan diri atau perasaan kita semata untuk menyenangkan orang lain. Kita mencari pengikut dengan mengatakan golongan atau kelompok ini menyembah berhala.

Tanpa kita sadar bahwa ucapan atau tudingan kita menyakiti orang lain. Bukankah ini sama saja dengan mengorbankan perasaan orang lain. Bukankah kita saat itu sedan melakukan penyembahan berhala. Dalam hal ini berhalanya adalah ego atau perasaan kepuasan diri kita.

Masih juga kita melakukan pemberhalaan dengan tanpa sadar ketika kita bisa mengorbankan orang lain dengan seakan membela suatu benda. Kita lupa bahwa sakit hati tidak dapat diobati, tetapi kerusakan benda bisa dibuat sebanyak kita mau. Berharga manakah antara perasaan sesama dan sekedar benda yang bisa dibuat sebanyak kita mau?

Di sini lah kita tidak hidup membumi. Kita hidup di alam maya pikiran kita sendiri…