Itulah kelakuan manusia. Sembahyang yang dilakukannya, adalah ritual tapi jika sudah dikaitkan bahwa sembahyang bisa menjadikannya masuk surga adalah bentuk pemerkosaan. Sedekah, dengan menganggap sedekah sebagai satu syarat masuk surga, adalah bentuk perkosaan lain. Seseorang yang menerima amanat kekuasaan atau uang karena adanya suatu kegiatan kemudian menganggap sebagai rezeki miliknya sendiri, kemudian menggunakan kekuasaan atau uang itu untuk kenyamanan duniawi. Sungguh-sungguh ia telah memperkosa hak yang diberikan Tuhan kepada orang-orang kepadanya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Sadarkah bahwa kekuasaan dan uang yang dititipkan adalah juga milik orang lain. Ia hanya dititipi untuk membagikan. Inilah sebabnya orang-orang yang sadar ketika menerima kekuasaan atau titipan uang berupa kegiatan selalu mengucapkan :” Innalillahi” Milikmu kembali kepada Mu. Semua hanya titipan. Mereka yang tidak sadar akan berucap :”Alhamdulillah…….” Inilah sebabnya harta dunia akan menjadikan jebakan. Sering sekali orang yang menerima merasa senang saat menggunakan uang yang dikuasakan kepadanya… Lucunya, saat ia menerima derita akibat yang diperbuatnya, ia berucap :”INI COBAAN…..” Betapa munafiknya ia. Pantaslah pendapat beberapa orang orang, bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak ada maksiat, yang ada para munafikun yang keblinger…
Do good because you good. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Baru terjadi kebahagiaan yang sejati. Selama kebahgiaan yang diperoleh karena sesuatu, ia belum memahami arti kebahagiaan. Yang dirasakan hanya kelegaan karena terpenuhinya keinginan. Kebahagiaan terjadi saat kita bisa berbagi. Jika kita megalami kebahagiaan karena penderitaan orang lain, mengambil yang bukan haknya, sesungguhnya lah ia MALING. Ia masih diperbudak oleh nafsu keserakahannya sendiri. Ia memperkosa Tuhan untuk menerima ibadahnya……
Tuhan pun hanya bisa ditemui saat di dunia. Jika di dunia ini seseorang tidak mampu melihat Tuhan, apalagi di akherat. Ada suatu ayat di salah satu kitab suci yang menyampaikan demikian: ” Jika di dunia tidak mampu melihat Tuhan, di akherat akan lebih terbutakan lagi….” Mengapa masih saja banyak yang ingkar? Inilah yang disebut manusia dalam keadaan merugi. Ia buta. Ia khufur, menutup mata hatinya demi penyembahan kepada kanyamanan duniawi. Siapa yang dibohongi jika ia tidak sadar juga bahwa satu-satunya tempat Tuhan bersinggasana adalah hati manusia???
Namun jika saya tarik kebelakang, saya juga baru sadar bahwa dunia ini berputar dan menjadi abadi adanya karena friksi. Ada yang katanya kebajikan dan non kebajikan. Selama masih ada dua unsur ini, dunia tidak bakal kiamat. Dunia bisa eksisi jika dan jika masih ada unsur kebenaran (selaras dengan sifat semesta, senantiasa berbagi) dan adharma (yang selalu bertentangan dengan sifat alam, serakah dan tidak ingin berbagi deni kenyamanan duniawi). Adalah suatu kebohongan total bahwa dunia akan kiamat. Dunia bisa kiamat jika, MANUSIA BAIK SEMUA atau MANUSIA JAHAT SEMUA. Selama masih ada keseimbangan, dunia masih eksis.
Lantas untuk apa berbuat kebajikan? Jika pertanyaan ini muncul, jawabannya mudah dan singkat. UNTUK KEBAIKAN DIRIMU SENDIRI. Jangan bermimpi memperbaiki dunia. Itu bukan tugas atau misimu lahir ke bumi ini. Semata-mata untuk perbaikan evolusi jiwamu. Pilihlah tindakan yang memuliakan jiwa bukan yang menyamankan badan.
Kembali pada tujua kelahiran. Untuk dapat memahai tujuan kelahiran, kita harus memahami mengapa badan ini harus lahir. Sifat dari mind adalah materi. Materi mesti kembali ke bumi. Jiwa mulia tidak bisa bersatu dengan Sang Mahamurni karena terbelenggu oleh baju materi yang diciptakan oleh mind. Satu-satunya tempat untuk melepas belenggu mind adalah dimana ia dibentuk. BUMI.
Ahhhh……. Itulah kehidupan. Fokus pada perjalanan sendiri jika tidak ingin masuk lobang. Terlalu banyak memperhatikan kesalahan orang lain, kita tidak bisa menyelesaikan misi kelahiran. Kembali merugi……