Pernyataan itulah yang aku peroleh dari rasulku. Bagaimana bisa hal itu terjadi???? Jawab rasulku dengan senyumnya yang lembut dan penuh kasih, : “Coba perhatikan, ketika seorang atau sekelompok orang meneriakimu sebagai ‘laskar setan, laskar setan!!!!’ apa reaksimu? Marah. Kemudian kamu dan kelompokmu melakukan penganiayaan dan pemukulan yang bertubi-tubi tidak perduli laki-laki, perempuan tua/muda bahkan anak-anak. Hingga timbul korban yang mengakibatkan sekian orang terluka. Kamu dan kelompokmu marah karena kau merasa direndahkan sebagai pengikut setan/laskar setan. Sesungguhnyalah kau telah menggantikan posisi setan itu sendiri sehingga tidak mengherankan jika kemarahan yang sangat menggelapkan mata hatimu.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

”Kemudian rasulku menambahkan “ Ingatlah pada : Dan bila dikatakan kepada mereka:

“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]”.

Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (Al-Baqarah: 11)

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Asy Syu’araa’: 183. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya: 107)

Memang aku tidak mau terima dikatakan sebagai pengikut setan, karena setan yang selama ini mempunyai pekerjaan sebagai penggoda manusia untuk melakukan tindakan yang tidak berkenan bagi Allah sudah kami ambil alih atau gantikan. Jadi aku bukan lagi pengikutnya sebagaimana mereka teriakan pada aku serta kelompokku.

Sehingga tidaklah mengherankan bila aku dan kelompokku merasa direndahkan sebagai laskarnya. Jadi sudah sepantasnya kalau kami marah.Dalam hatiku berteriak ‘ Itu kan dulu, sekarang bukannya diriku sebagai penggantinya bukan lagi laskar ataupun pengikutnya’

Bagaimana tidak? Ketika dulu kala setan menggoda nabi Adam untuk makan buah kuldi juga karena bujuk rayuan setan yang memberikan janji muluk-muluk bila nabi Adam makan buah kuldi yang dilarang oleh Allah.

Dengan kata lain tidak patuh terhadap tuntunan dan perintah Allah. Bukankah pekerjaan kelompok kami juga demikian. Janji-janji yang diberikan oleh para ulamaku juga sama. Kalau kau mau masuk surga, ikuti apa yang mereka anjurkan. Iya juga, ya?. Bedanya di mana? Sama-sama memberikan janji yang muluk-muluk.

Kemudian aku tanya pada rasulku yang telah menjadi penghuni surga “Rasulku pernahkah kau bertemu dengan para ulamaku di surga?”

Beliau menjawab dengan lembut : “ Mengapa kau bertanya demikian?”

Aku menjawab: “Sepengetahuanku kalau mereka yang dikatakan ahli tentu sudah pernah melakukan pekerjaan itu. Lha, kalau mereka belum pernah kesana dan menjanjikan bahwa jika aku patuh terhadap apa yang mereka katakan, aku diberikan janji bahkan jaminan bisa masuk surga. Bagaimana ini, rasulku yang kumuliakan?”

“ Kau juga bisa melakukan perbuatan yang sama. Hanya sekedar janji kan?. Katakan pada orang-orang yang percaya padamu bahwa kau bisa memberikan jaminan masuk surga dengan memberikan sertifikat. Katakan pula pada mereka ‘Bahwa bila nanti mereka meninggal tidak masuk surga, mereka boleh komplain dan menuntutmu’ Cobalah pikir dengan jernih, apakah hal itu mungkin terjadi??? Mengapa pula kebohongan yang hanya pantas untuk anak-anak ini bisa masuk ke dalam benakmu? Bukankah ini menandakan bahwa kau belum meyakini secara utuh ajaran yang aku sampaikan.”

Bukankah telah tertulis dalam kitabku bahwa :

Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). (Al Israa’: 72)  Buta dalam hal ini harus dimaknai sebagai buta hati alias khufur. Demikian juga bahwa : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Israa: 36) danpada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (An Nuur: 24) “Sesungguhnya bagian mana yang belum juga kau pahami? Begitu jelasnya contoh perbuatan yang pernah aku berikan” (Bersambung)