Keingintahuan, itulah sifat manusia. Sok ingin tahu yang sangat besar. Inilah penyebab utama bapa Adam jatuh dari surga. Tetapi jika tidak jatuh ke bumi, repot juga. Tidak bakalan ada tulisan ini. Dan juga tidak bakalan ada internet sehingga bisa menulis pada blok. Jadi, apakah berkah atau musibah jatuhnya bapa Adam ke bumi???

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Demikianlah sifat kita manusia masih tetap saja menggambarkan sifat bapa Adam. Ketika diberikan tempat yang nyaman dan menyenangkan namun di salah satu tempat yang nyaman tersebut ada sebuah pintu bertuliskan: ‘Jangan dibuka karena anda bisa kecebur di neraka’. Kita akan berupaya keras untuk membuka pintu larangan tersebut. Dan pada akhirnya, kecebur neraka beneran.

Semakin dilarang semakin keras keinginannya. Sepertinya inilah gunanya larangan, untuk dilanggar. Bukankah ini warisan dari bapa Adam? Ketika dilarang makan buah pengetahuan atau buah kuldi, justru seperti disuruh. Dan akhirnya, kita pun eksis. Dan karenanya, banyak kenikmatan dunia yang dicari manusia. Apakah ini dosa?

Tidak juga. Mengapa? Jika ini dianggap dosa, kita pasti dihukum Tuhan. Bukankah kita sudah di neraka jika perbuatan bapa Adam dianggap dosa? Ahhh… inilah sebabnya Baginda Rasulullah SAW mengingatkan manusia agar berdoa minimal 17 kali sehari dengan kalimat atau ayat: Ihdinash shirottol mustaqien… Tunjukkan jalan lurus yang Kau ridhoi.

So, neraka mana lagi yang ditakuti jika demikian? Bukankah kita sudah di neraka akibat ulah bapa Adam? Dengan demikian, sesungguhnya kita bukan penghuni tetap di mua bumi ini. Kita hanya pengunjung sementara atau tamu di bumi ini. Tetapi, mengapa kita berlaku tidak selayaknya tamu. Mengapa? Ini dibuktikan kita melakukan perbuatan yang merusak bumi. Suatu perbuatan yang tidak pantas sebagai tetamu di bumi.

Dengan kesadaran bahwa kita sudah berada di neraka, janganlah lagi memperburuk suasana tempat tinggal kita dengan cara merusak bumi. Ketidak sadaran bahwa kewajiban kita menjaga kenyamanan bumi yang sesungguhnya neraka telah semakin membuat kita tidak nyaman. Semestinya, kita jadi tidak betah tinggal di bumi sehingga kita ingin cepat-cepat kembali ke tempat asalnya, surga bapa Adam.

Tetapi benarkah demikian? Ternyata tidak juga. Kita semakin banyak cara pahala untuk tetap tinggal di bumi dengan segala kenyamanan kita. Tiada bedanya dengan perilaku koruptor yang dengan uang hasil korupsi atau penjualan narkoba memperindah penjara tempat ia dihukum. Seperti inilah keadaan kita. Oleh karenanya, janganlah mentertawai para koruptor yang saat ini dipenjara. Keadaan atau cara berpikir mereka sama saja dengan kita yang sepertinya hidup di luar penjara…