Penyebab Sifat Reaktif Adalah Konsumsi Atau Diet Jenis Makanan Yang Memiliki Kualitas Yang Tidak Sesuai Dengan Organ Tubuh Manusia
Memperhatikan banyak kejadian pembunuhan disebabkan masalah yang sepele, membuat kita semua gelisah. Emosi kemarahan yang meledak dałam sesaat sebagaimana kejadian seorang wanita yang membunuh karena tersinggung ketika ditegur tentang sandal oleh seorang pelayan toko yang juga seorang wanita di Tangerang, membuat saya berpikir penyebab utamanya. Di bawah ini, saya coba telusuri penyebab sifat reaktif;
Emosi sesaat yang langsung bisa meledak atau sifat yang sangat reaktif-lah penyebab utamanya. Tidak lepas dari jenis makanan yang dikonsumsi. Peristiwa maut seperti ini sudah terjadi beberapa kali, sebagaimana ditayangkan layar teve. Gara-gara si suami tidak mau diceraikan yang akhirnya berbuat kekerasan terhadap istrinya juga telah terjadi beberapa kali.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Mungkin bila dianalisa karena kemiskinan juga tidak tepat, karena si wanita penusuk menggunakan mobil, artinya ia mampu. Bila kita merenungkan sejenak, bukan kah sifat reaktif sama dengan hewan saat disakiti? Dengan kata lain, si wanita ataupun kebanyakan dari kita yang sangat reaktif masih menggunakan otak mamalia.
Kualitas asupan yang kita konsumsi sangat berpengaruh terhadap watak kita. Bila yang kita konsumsi bersifat juga memiliki sifat reaktif, maka kualitas sifat kita juga akan sama. Bukan lagi merupakan rahasia bahwa daging kambing berpengaruh terhadap libido atau birahi. Sangat mungkin bila dengan konsumsi daging merah akan memberikan kontribusi besar terhadap watak kita.
Makanan yang cepat saji, dinegara paman Sam, jenis makanan ini disebut junk food, atau makanan berkualitas rendah. Semakin banyak atau sering konsumsi jenis ini, semakin reaktif perilaku kita.
Jenis makanan lain adalah karbo dan protein, semakin banyak kita konsumsi juga bisa membuat emosi cepat tersulut. Mari kita telusuri sifat tumbuhan.
Tumbuhan, saya yakin, sudah ada terlebih dahulu diciptakan sebelum hewan. Karena hewan sebagian besar hidup dari tumbuhan, baru setelah itu, hewan buas. Bila kita konsumsi protein dari sapi atau kambing, sesungguhnya kita mengasup protein ke dua, setelah tumbuhan dimakan sapi atau kambing. Padahal manfaatnya jauh lebih besar dengan cara konsumsi langsung. Adalah tidak betul bahwa kandungan protein tumbuhan lebih kecil daripada dari hewan.
Jadi, tumbuhan memiliki sifat atau kekuatan tumbuhkembang secara mandiri. Ia tidak butuh makhluk lain untuk tumbuh. Dengan kata lain, si tumbuhan memiliki kekuatan, dan juga ia ‘rela’ mengorbankan dirinya demi kehidupan makhluk lain, manusia dan hewan herbivora. Sedangkan hewan tidak bisa hidup tanpa ada tumbuhan terlebih dahulu.
Hewan sangat tergantung pada tumbuhan, Perasaan kemandirian dan kesepian serta ketakutan sangat terkait erat dengan ketakutan. Ini terjadi hanya bila kita mengandalkan atau hidup dengan menggunakan otak mamalia dan reptil.
Sebagai manusia yang memiliki neocortex, semestinya kita mengembangkan perangkat otak baru ini agar mita menjadi manusia seutuhnya.
Emosi manusia sangat dipengaruhi oleh pola makan, dengan kata lain, kita harus bijak memilih kualitas makanan bila mau menjadi manusia dengan emosi terkendali dengan sendirinya mental kita juga sehat. Selain itu latihan meditasi dengan cara pengaturan napas juga bisa mempengaruhi sabar atau tidaknya kita. Menjadi seorang vegetarian membuat sifat reaktif kita menurun. Dari pengalaman mereka yang konsumsi daging merah, emosi menurun setelah menjadi seorang vegetarian. Bila tidak percaya, silakan dicoba.
Pilihan ada pada diri kira, mau jadi manusia yang reaktif atau resposif………..
Jangan salahkan setan demi mencari pembenaran terhadap perilaku reaktif……