Jadilah Sang Sutradara, Melampaui Pikiran dan Perasaan. Dia Tidak Menjadikan, Tetapi Menjadi Alam Semesta Itu Sendiri

Saya dahulu tidak begitu memberikan perhatian pada kalimat di atas. Tetapi dari seorang teman yang satu perjalanan spiritual membuat saya sadar bahwa ada suatu yang aneh pada kalimat di atas? Jadilah Sang Sutrada demi menggapai kebahagiaan sejati, inilah tujuan hidup.

Kata kerja ‘MENJADI-KAN’ beda dengan kata ‘MENJADI’

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Ketika Tuhan menjadi-KAN berarti ada dua, subyek dan obyek. Tuhan sebagai subyek dan alam semesta sebagai obyek. Suatu hal yang tidak mungkin. Karena dalam satu kepercayaan disebutkan bahwa Tuhan Tunggal adanya. Aneh sekali bila ada yang membuat dan yang dibuat?

Bila Tuhan Tunggal adanya, maka segala hal di luar Tuhan tidak lagi eksis atau ada.

Mari kita tarik ke bawah bila masih bingung. Ketika saya membuat kue atau roti atau pun kursi, japat dipastikan ada subyek sebagai pembuat dan obyek yang dibuat. Masuk akal. Karena memang antara subyek (yang membuat) dan obyek (barang yang dibuat) beda. Bukan kah pemahaman ini tepat bila si Fulan menjadi-kan gelas atau roti.

Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, kita menempatkan Pencipta dan ciptaan-Nya di tempat yang berbeda, sama sekali tidak masuk akal!!!!!! Karena Tuhan Hyang Maha Tunggal, tiada lain kecuali Tuhan. Tuhan meliputi segalanya, juga Tuhan dalam ciptaan-Nya.

Ya, until lebih memudahakan, ibarat ikan yang hidup dalam air. Air berada di luar ikan, bagi kita yang melihat. Ada keterpisahan antara ikan dan air. Namun bagi si ikan?

Mungkinkah sang ikan bisa hidup di luar air?

Air di luar ikan juga dalam ikan. Tanpa air, ikan tidak hidup; tidak eksis. Demikian juga alam semesta. Jadi yang mungkin bisa terjadi:

‘TUHAN MENJADIKAN DIRINYA SEBAGAI ALAM SEMESTA’ Dia eksis dalam setiap manifestasinya. Dengan menyadari hal ini, kita tidak lagi semena-mena terhadap segala makhluk…….

Dengan kalimat lain : ‘Tuhan bermanifestasi sebagai alam seisinya’

Barulah tepat dengan kalimat ‘Tiada Tuhan selain Tuhan itu sendiri’

Tiada subyek dan obyek lagi. Dia juga subyek; Dia juga obyek.

Tuhan tidak lagi berada nun jauh di sana, di luar alam semesta. Dia selalu berkembang dan ber-ekspansi. Senantiasa menjadikan galaksi-galaksi baru. Mungkin ada yang bertanya : “Untuk apa ya Tuhan terus berkembang?”

Ya untuk membuat kita bingung. Saat bingung, barulah kita sadar bahwa Dia memang Maha Misteri. Tidak beda pertanyaan :”Ngapain Tuhan menciptakan orang baik dan jahat?”

Bukan kah baik dan jahat juga asumsi?

Ketika saya merasa dirugikan akibat perbuatan seseorang, saya mengatakan bahwa orang tersebut jahat. Demikian pula sebaliknya; ketika seseorang memberikan kita keuntungan, kita anggap bahwa orang tersebut baik. Bukan kah keduanya hanya masalah cara pandang atau persepsi?

Bagi Tuhan yang juga ada dalam si jahat dan si baik; ingat bahwa tiada sesuatu bisa hidup atau bergerak di luar kehendak-Nya, maka semuanya hanyalah permainan bagi Dia.

Nah kita mesti menyadari hal ini. Tidak beda dengan ketika kita melihat film atau sandiwara. Sang sutradara yang memerintahkan Fulan berperan sebagai orang baik, sang sutradara juga memberikan peran si Polan jadi penjahat. Baru seru permainan. Mau bebas dari permainan sandiwara?

Jadilah Sang Sutradara

Panggung Sandiwara ( Sumber gambar ini)

Bisa, jadilah Sang Sutradara……..

Dengan kata lain, alam yang merupakan manifestasinya juga Dia yang bermain sendiri……

Ah, lupakan omong kosong di atas. Inilah FILSAFAT….

Jalani kehidupan ini serius ketika kita berbuat sesuatu terhadap orang lain : ‘PERLAKUKAN MEREKA SEBAGAIMANA DIRIMU INGIN DIPERLAKUKAN’

Jangan anggap serius bila ada seseorang yang membuat kita kecewa. Inilah permainan kehidupan………